Welcome Guys

Pages

Send Quick Massage

Name

Email *

Message *

Friday, December 29, 2017

MAKALAH ASI Eksklusif

by endar  |  at  December 29, 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-satunya makakan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Sugiarti, 2011). Melihat manfaat yang besar, maka pemberian ASI Eksklusif sangat dianjurkan. Maksud ASI Eksklusif disini adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir hingga bayi umur 6 bulan (Sugiarti, 2011).
Prevalensi pemberian ASI di Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 40,21% sedangkan di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2009 adalah sebesar 60,15% (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2009). Jika dilihat standar pencapaian ASI Eksklusif yang ditargetkan dalam pembangunan nasional dan strategi nasional program peningkatan cakupan pemberian ASI sebesar 80%. Menurut World Health Organization (WHO) dahulu pemberian ASI Eksklusif berlangsung usia 4 bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI Eksklusif diberikan sampai anak usia 6 bulan (Firmansyah, 2012).
Secara nasional cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia pada tahun 2009 mencapai angka 34,3%. Menurut penelitian Rohani (2007) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif, hal ini ditunjukkan akan terjadi peningkatan pemberian ASI Eksklusif jika disertai dengan peningkatan pengetahuan tentang ASI Eksklusif (Sugiarti, 2011).
Menurut Salfina (2003) mengatakan bahwa 75,6% ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD, dan berstatus sebagai pekerja lepas atau buruh (Firmansyh, 2012). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengena hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan tindakan ASI Eksklusif.
B.            Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan tindakan ASI Eksklusif?

C.           Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
a.       Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang ASI;
b.      Menambah pengetahuan ibu tentang ASI dan manfaat pemberian ASI;
c.       Menambah pengetahuan ibu tentang pengertian dan pemberian ASI Eksklusif.
2.      Manfaat Praktis
a.       Sebagai masukan bagi ibu agar dapat memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya sampai usia 6 bulan.
b.      Sebagai masukan bagi pukesmas dan tenaga ahli untuk menyarankan agar ibu memberikan ASI secara Eksklusif serta menjelaskan manfaat pemberian ASI terhadap ibu dan bayinya.
c.       Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi sampai 6 bulan.

 =================================================================
  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. (Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI  Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).

B. Pengelompokan ASI Eksklusif

ASI dikelompokan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1.    ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Kolostrum sangat baik untuk mengeluarkan “meconium” yaitu air  ketuban dan cairan lain yang tertelan masuk perut bayi saat proses persalinan. Jumlah (volume) kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.
2.    ASI Stadium II adalah ASI peralihan yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang. ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
3.    ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya.

C. Manfaat ASI Eksklusif
Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan. Beberapa manfaat ASI sebagai berikut:

1. Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia sebagaimana susu sapi yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu dengan bayinya.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan yang tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat mempercepat penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat dan mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).
2. Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali, resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya.
ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan lain, ASI lebih murah dari pada susu formula, ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).
3. Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu ketika bepergian ( Roesli, 2005 ).
4. Untuk Masyarakat dan Negara
Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan angka kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi (Dwi Sunar, 2009 ).
D. Fisiologi Pengeluaran Asi Eksklusif
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron. Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).
Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks ”letdown/pelepasan ASI” ini yaitu pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat refleks ”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau merasakan nyeri.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryunani, 2009).
E. Komposisi Asi Eksklusif
Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, berikut komposisi ASI:
  1. Kolostrum – Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A yang tinggi yang berfungsi menjaga kekebalan tubuh bagi bayi.
  2. Protein – Protein dalan ASI  berupa casein (protein yang sulit di cerna) dan whey (protein yang mudah di cerna). ASI lebih banyk mengandum whey di bandingkan dengan casein.
  3. Lemak – Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan merupakan komponen yang gizi yang sangat berfariasi.penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit koroner usia muda.
  4. Laktosa – Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya sebagai sumber   energi meninggkatkan absorbs kalsium dan merang sang pertumbuhan lactobacillus bifidus.
  5. Zat Besi – Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang menyusui jarang kekurangan zat besi.
  6. Taurin – Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter, berperan penting dalam maturasi otak bayi.
  7. Laktobacilus – Berfungsi menghambat pertumbuhan microorganisme seperti becteri ecoli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
  8. Laktoferin – Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang.
  9. Lizozim – Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens, caries,dentis,dan maloklusi atau kebiasaan lidah yang mendorong kedepan akibat menyusu dengan botol dan dot.
F. Keunggulan ASI daripada Susu Formula
Perbedaan
ASI
Susu Formula
Komposisi
ASI mengandung zat-zat gizi, antara lain:faktor pembentuk sel-sel otak, terutama DHA, dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama dari susu yang berbentuk cair) lebih banyak daripada kasein (protein utama dari susu yang berbentuk gumpalan) dengan perbandingan 65:35.
Tidak seluruh zat gizi yang terkandung di dalamnya dapat diserap oleh tubuh bayi. Misalnya, protein susu sapi tidak mudah diserap karena mengandung lebih banyak casein. Perbandingan whey: casein susu sapi adalah 20:80.
Nutrisi
Mengandung imunoglobulin dan kaya akan DHA (asam lemak tidak polar yang berikat banyak) yang dapat membantu bayi menahan infeksi serta membantu perkembangan otak dan selaput mata.
Protein yang dikandung oleh susu formula berguna bagi bayi lembu tapi kegunaan bagi manusia sangat terbatas lagipula immunoglobulin dan gizi yang ditambah di susu formula yang telah disterilkan bisa berkurang ataupun hilang.
Pencernaan
Protein ASI adalah sejenis protein yang lebih mudah dicerna selain itu ada sejenis unsur lemak ASI yang mudah diserap dan digunakan oleh bayi. Unsur elektronik dan zat besi yang dikandung ASI lebih rendah dari susu formula tetapi daya serap dan guna lebih tinggi yang dapat memperkecil beban ginjal bayi. Selain itu ASI mudah dicerna bayi karena mengandung enzim-enzim yang dapat membantu proses pencernaan antara lain lipase (untuk menguraikan lemak), amilase (untuk menguraikan karbohidrat) dan protease (untuk menguraikan protein).
Tidak mudah dicerna: serangkaian proses produksi di pabrik mengakibatkan enzim-enzim pencernaan tidak berfungsi. Akibatnya lebih banyak sisa pencernaan yang dihasilkan dari proses metabolisme yang membuat ginjal bayi harus bekerja keras. Susu formula tidak mengandung posporlipid ditambah mengandung protein yang tidak mudah dicerna yang bisa membentuk sepotong susu yang membeku sehingga berhenti di perut lebih lama oleh karena itu taji bayi lebih kental dan keras yang dapat menyebabkan susah BAB dan membuat bayi tidak nyaman.
Kebutuhan
Dapat memajukan pendirian hubungan ibu dan anak. ASI adalah makanan bayi, dapat memenuhi kebutuhan bayi, memberikan rasa aman kepada bayi yang dapat mendorong kemampuan adaptasi bayi.
Kekurangan menghisap payudara: mudah menolak ASI yang menyebabkan kesusahan bayi menyesuaikan diri atau makan terlalu banyak, tidak sesuai dengan prinsip kebutuhan.
Ekonomi
Lebih murah: menghemat biaya alat-alat, makanan, dll yang berhubungan dengan pemeliharaan, mengurangi beban perekonomian keluarga.
Biaya lebih mahal: karena menggunakan alat,makanan, pelayanan kesehatan, dll. Untuk memelihara sapi. Biaya ini sangat subjektif yang menjadi beban keluarga.
Kebersihan
ASI boleh langsung diminum jadi bias menghindari penyucian botol susu yang tidak benar ataupun hal kebersihan lain yang disebabkan oleh penyucian tangan yang tidak bersih oleh ibu. Dapat menghindari bahaya karena pembuatan dan penyimpanan susu yang tidak benar.
Polusi dan infeksi: pertumbuhan bakteri di dalam makanan buatan sangat cepat apalagi di dalam botol susu yang hangat biarpun makanan yang dimakan bayi adalah makanan bersih akan tetapi karena tidak mengandung anti infeksi, bayi akan mudah mencret atau kena penularan lainnya.
Ekonomis
Tidak perlu disterilkan atau lebih mudah dibawa keluar, lebih mudah diminum, minuman yang paling segar dan suhu minuman yang paling tepat untuk bayi.
Penyusuan susu formula dan alat yang cukup untuk menyeduh susu.
Penampilan
Bayi mesti menggerakkan mulut untuk menghisap ASI, hal ini dapat membuat gigi bayi menjadi kuat dan wajah menjadi cantik.
Penyusuan susu formula dengan botol susu akan mengakibatkan penyedotan yang tidak puas lalu menyedot terus yang dapat menambah beban ginjal dan kemungkinan menjadi gemuk.
Pencegahan
Bagi bayi yang beralergi, ASI dapat menghindari alergi karena susu formula seperti mencret, muntah, infeksi saluran pernapasan, asma, bintik-bintik, pertumbuhan terganggu dan gejala lainnya.
Bagi bayi yang alergiterhadap susu formula tidak dapat menghindari mencret, muntah,infeksi saluran napas, asma, kemerahan, pertumbuhan terganggu dan gejala lainnya yang disebabkan oleh susu formula.
Kebaikan bagi ibu
Dapat membantu kontraksi rahim ibu, lebih lambat datang bulan sehabis melahirkan sehingga dapat ber-KB alami. Selain itu dapat menghabiskan kalori yang berguna untuk pengembalian postur tubuh ibu. Berdasarkan biodata statistik, ibu yang menyusui ASI lebih rendah kemungkinan menderita kanker payudara, kanker rahim dan keropos tulang.
Tidak dapat membantu kontraksi rahim yang dapat membantu pengembalian tubuh ibu jadi rahim perlu dielus sendiri oleh ibu. Tidak dapat memperlambat waktu datang bulan yang dapat menghasilkan cara KB alami. Berdasarkan biodata statistik, ibu yang menyusui susu formula lebih tinggi kemungkinan menderita kanker payudara.


G. Cara Pemberian ASI yang Benar
  1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun.
  2. Perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting
  3. Duduk dan berbaring dengan santai.
  4. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu.
  5. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
  6. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
H. Cara Menyimpan ASI yang Benar
  1. Masukan ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik.
  2. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik styrofoam.
  3. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
  4. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang diijinkan ( + 2 minggu).
  5. Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama semalam, baru masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan makanan).
  6. Gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan. (+ 3-6 bulan)

 ============================================================



BAB III
METODE PENELITIAN


A.  Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini sering disebut sebagai factor risiko sedangkan variabel tergantung atau terikat disebut sebagai efek (Arief, 2010).

B.  Lokasi dan Waktu Penelitian
1.      Tempat      :    Wilayah Kecamatan Karangampel
2.      Waktu       :    Desember 2017

C.  Populasi dan Subjek Penelitian
Populasi yang diambil adalah ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan di Wilayah Kecamatan Karangampel.

D.  Definisi Operasional
1.      Variabel bebas : Pengetahuan ibu tentang ASI
Segala sesuatu yang diketahui responden mengena ASI Eksklusif
Alat ukur            :    kuesioner
Skala                  :    Nominal
2.      Variabel terikat : Tindakan ASI Eksklusif
Ibu memberikan ASI pada anak yang beusia 0-6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan, termaksud air putih. Tanpa menggugurkan imunisasi dan pemberian obat atas resep tenaga kesehatan atau dokter.
Alat ukur            :    kuesioner
Skala                  :    Nominal

E.  Tahapan Penelitian

Soal dan hasil pengetahuan ibu tentang ASI dikumpulkan dan disusun, kemudian dilakukan editing, penetapan skor dari data yang diperoleh.

F.   Sumber Data

Responden dari ibu-ibu yang memiliki anak usia 6-24 di wilayah Kecamatan Karangampel dengan cara mengisi biodata dan kuesionar.

G. Analisis Data

Dalam analisis data ini menggunakan instrument berupa kuesioner pengetahuan ibu yang didapatkan dari Kapita Selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam penelitian kesehatan.
1.      Kuesioner pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0, kemudian seluruh jawaban benar dijumlahkan.
2.      Kuesioner tindakan terdiri dari 3 pertanyaan dengan pilihan jawaban Pernah atau Tidak Pernah.



 ============================================================

BAB IV
HASIL PEMBAHASAN


A.  Hasil Penelitian

Responden penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak berusia 6-24 bulan. Jumlah sampel yang diteliti adalah 20 ibu dan anak. Adapun umur responden dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur

Umur Ibu (Tahun)
Frekuensi
Presentasi (%)
Kurang dari 30
Lebih dari 30
17
3
85
15
Total
20
100

Tabel 1 menunjukkan bahwa umur ibu kurang dari 30 yaitu 17 orang (85%), sedangkan yang umur lebih dari 30 yaitu 3 orang (15%).

Tabel 2. Distribusi subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Ibu
Frekuensi
Presentasi (%)
Tamat SD
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Perguruan Tinggi
0
2
14
4
0
10
70
20
Total
20
100

Tabel 2 menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan SMA yaitu 14 orang (70%), pendidikan ibu perguruan tinggi yaitu 4 orang (20%), pendidikan ibu SMP yaitu 2 orang (10%) dan tidak ada responden berpendidikan tamat SD.
Penelitian pengetahuan ibu ASI meliputi definisi, komposisi, manfaat, mekanisme pembentukan, nilai gizi ASI, serta mekanisme menyusui. Pengetahuan tentang ASI dibagi menjadi dua yaitu baik dan buruk, sebagai berikut :
Tabel 3. Distribusi subjek penelitian berdasarkan Pekerjaan.

Pekerjaan
Frekuensi
Presentase (%)
Bekerja
Tidak Bekerja
6
14
30
70
Total
20
100

 Tabel 3 menunjukkan ibu yang bekerja yaitu sebanyak 6 orang (30%), sedangkan ibu tidak bekerja sebanyak 14 orang (70%).

Tabel 4. Distribusi subjek penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan tentang pemberian makanan selain ASI (air, madu, susu fomula, pisang).

Pengetahuan Ibu
Frekuensi
Presentase (%)
Ya (lebih dari 6 bulan)
Tidak (kurang dari 6 bulan)
19
1
95
5
TTotal
20
100

 Tabel 4 menunjukkan ibu tidak memberikan makanan dan minuman pengganti ASI lebih dari 6 bulan sebanyak 1 orang (5%), sedangkan ibu yang memberikan makanan dan minuman pengganti ASI sebanyak 19 orang (95%).
Tabel 5. Distribusi subjek penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan tentang Air Susu Ibu (ASI).

Pengetahuan Ibu
Frekuensi
Presentase (%)
Bbaik
BBuruk
17
3
85
15
Ttotal
20
100

 Tabel 5 menunjukkan ibu yang berpengetahuan buruk tentang Air Susu Ibu (ASI) yaitu sebanyak 3 orang (15%), sedangkan ibu berpengetahuan baik tentang Air Susu Ibu (ASI) sebanyak 17 orang (85%).

B.  Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan pengukuran tingkat pengetahuan ibu tentang Air Susu Ibu dengan tindakan ASI Eksklusif terhadap 20 ibu. Hasil penelitian diketahui jumlah ibu terbanyak berpengetahuan baik yaitu 17 orang (85%), sedangkan ibu berpengetahuan buruk 3 orang (15%).
Dari penelitian ini dapat dibuktikan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ASI berpengaruh pada tindakan ASI Eksklusif. Menurut Budiman (2013), factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : (1) pendidikan, (2) informasi (media massa), (3) social, budaya, dan ekonomi (4) lingkungan, (5) pengalaman, (6) usia (2005) yang dikutip dari firmansyah (2012) bahwa pendidikan merupakan penuntunan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang diteliti sebagian besar memiliki pengetahuan baik. Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang ASI menyebabkan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya (Rahayu, 2007).

==========================================================

BAB V
PENUTUP


A.  Kesimpulan

Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang Air Susu Ibu (ASI) dengan tindakan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif.

B.  Saran

1.      Perlunya usaha untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI, dengan cara memberikan penyuluhan tentang ASI, serta menjelaskan manfaat pemberian ASI baik untuk ibu maupun untuk bayi.
2.      Perlu penelitian lebih lanjut tentang ASI dan factor-faktor yang mempengaruhi tindakan ASI Eksklusif.

          =============================================================

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


                                                                       Indramayu,     Desember 2017
                                                                       Penyusun

           ========================================================

Jangan lupa download juga makalah 

MAKALAH RESIKO PEMAJANAN FORMALDEHID SEBAGAI BAHAN PENGAWET TEKSTIL di SINI

MAKALAH ETIKA PROFESI GURU Download diSINI
Jika anda berminat untuk makalah diatas anda bisa download di SINI

1 comment:

Proudly Powered by Blogger.