MINERAL KUARSA
Pengertian
Mineral Kuarsa
Kuarsa adalah senyawa
kimia yang terdiri dari satu bagian silikon dan dua bagian oksigen atau biasa
disebut silikon dioksida (SiO2). Kuarsa merupakan mineral yang paling berlimpah
ditemukan di permukaan bumi dan sifatnya yang unik dapat membuatnya menjadi
salah satu mineral yang paling berguna.
Dimana
Kuarsa Dapat Ditemukan ?
Kuarsa adalah mineral
yang terdistribusi secara luas di permukaan bumi. Mineral ini dapat terbentuk
pada semua suhu pembentukan mineral. Kuarsa banyak ditemukan di batuan beku,
metamorf, dan batuan sedimen.
Kuarsa sangat tahan
terhadap pelapukan mekanik dan kimia. Daya tahan inilah yang membuat mineral
ini banyak ditemukan di puncak gunung, pantai, sungai, dan gurun pasir. Kuarsa
dapat hadir dimana-mana, berlimpah dan resisten. Tambang deposit kuarsa banyak
ditemukan di seluruh dunia.
Kegunaan
dan Nilali Ekonomis Mineral Kuarsa
Kuarsa merupakan salah
satu bahan alami yang paling berguna. Kegunaannya selalu dihubungkan dengan
sifat fisik dan kimianya. Mineral kuarsa memiliki kekerasan 7 pada Skala Mohs
yang membuatnya sangat resisten. Hal ini disebabkan karena ikatan struktur
kimianya yang dapat berhubungan dengan berbagai macam unsur
Kursa memiliki sifat
listrik dan tahan panas yang membuatnya berguna dalam produk elektronik. Kuarsa
sering memiliki warna yang berkilau dan "diaphaneity", membuatnya
berguna sebagai batu permata dan juga bahan pembuatan kaca.
Kristal kuarsa dapat
digunakan untuk tujuan khusus. Kristal kuarsa yang berkualitas tinggi adalah
silika kristal tunggal dengan sifat optik ataupun elektronik. Para ahli
memperkirakan ada sekitar sepuluh miliar kristal kuarsa digunakan setiap tahun.
Kristal kuarsa dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan filter, kontrol frekuensi, timer, sirkuit
elektronik yang menjadi komponen penting dalam ponsel, jam tangan, receiver
televisi, komputer, alat navigasi, lensa, penutup laser, dan berbagai macam
perangkat khusus lainnya.
Mineral
Kuarsa Dalam Deret Bowen
Deret kontinyu
menggambarkan pembentukan feldspar plagioklas yang dimulai dari anorthite yang
kaya akan Ca (kalsium) menjadi Oligoklas yang kaya akan Na(natrium). Pada deret
ini disebut deret kontinyu karena pembentukan mineral yang satu dengan mineral
yang lain dalam satu deret memiliki hubungan yang dekat seperti bitownite yang
memiliki rumus kimia (Na, Ca) Al (Al,Si,)Si2O8 sangat berhubungan dengan
pembentukan mineral andesin yang juga memiliki rumus kimia yang sama hanya saja
nanti ada perbedaan dalam komposisi Na (natrium) dan Ca (kalsium) atau Al (aluminium)
dan Si (silikon) yaitu (Na, Ca) Al, 2Si3, 2O8 .
Pada deret diskontinyu
menggambarkan pembentukan mineral-mineral seperti olivine, piroksen, amfibol,
dan biotit. Pembentukan ini dimulai dari olivin kemudian semakin ke bawah
menjadi biotit. Deret ini disebut deret diskontinyu dikarenakan tidak terdapat
hubungan dalam pembentukan mineral-mineral ini dimana sebagai contoh olivin
memiliki rumus kimia XSiO4 sedangkan mineral seperti biotit memiliki rumus
kimia K(Mg, Fe2+)3(Al, Fe3+)Si3O10(OH,F)2 dapat dilihat bahwa perbedaan rumus
kimia yang sangat mencolok, oleh karen itu deret ini disebut deret diskontinyu
karena tidak terdapatnya hubungan antara
mineral yang terbentuk pertama dan yang terbentuk setelahnya.
Akan tapi kedua deret
ini bertemu pada satu titik dimana dalam deret ini membentuk huruf seperti (Y).
Kedua deret ini bertemu pada pembentukan K-Feldspar, kemudian berlanjut ke
pembentukan muscovite, dan kuarsa.
Kuarsa
Dalam Skala Mohs
kala Mohs adalah skala
yang digunakan untuk mengukur kekerasan suatu mineral dengan jalan
membandingkannya dengan mineral lain. Skala Mohs ditemukan pertama kali oleh
ilmuwan Jerman, Friedrich Mohs pada tahun 1812. Pada waktu itu, sang geologis
membagi kekerasan suatu mineral menjadi 10 tingkatan, dengan jalan mencari bahan
terkeras yang dapat digores oleh bahan yang diukur, dan/atau bahan terlunak
yang dapat menggores bahan yang diukur. Maka terciptalah skala Mohs yang kita
gunakan sekarang.
Skala kekerasan mineral
Mohs didasarkan pada kemampuan satu sampel materi alami untuk menggores materi
yang lain. Sampel materi yang digunakan Mohs adalah semua mineral. Mineral
adalah zat murni yang ditemukan di alam sekitar. Batuan teruat dari satu atau
beberapa mineral.Sebagai zat alami terkeras yang pernah ada ketika skala ini dibuat
diamond ditempatkan di puncak skala. Kekerasan bahan diukur terhadap skala ini
dengan menemukan bahan terkeras yang dapat menggores suatu bahan lunak atau
sebaliknya. Misalnya, jika beberapa bahan mampu digores oleh apatit, namun
tidak dengan fluorit, maka kekerasannya pada skala Mohs dapat menempati nilai 4
dan 5.
Skala Mohs adalah skala
ordinal murni. Misalnya, korundum(9) dua kali lebih keras daripada topaz (8),
namun intan (10) hampir empat kali lebih keras dari pada korundum.
0 comments: