BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Air Susu Ibu
atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-satunya makakan yang
terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi (Sugiarti, 2011). Melihat manfaat yang besar,
maka pemberian ASI Eksklusif sangat dianjurkan. Maksud ASI Eksklusif disini
adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan tambahan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir hingga bayi umur 6 bulan
(Sugiarti, 2011).
Prevalensi
pemberian ASI di Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 40,21% sedangkan di
Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2009 adalah sebesar 60,15% (Dinas Kesehatan Jawa
Tengah, 2009). Jika dilihat standar pencapaian ASI Eksklusif yang ditargetkan
dalam pembangunan nasional dan strategi nasional program peningkatan cakupan
pemberian ASI sebesar 80%. Menurut World
Health Organization (WHO) dahulu pemberian ASI Eksklusif berlangsung usia 4
bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI Eksklusif diberikan sampai
anak usia 6 bulan (Firmansyah, 2012).
Secara nasional
cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia pada tahun 2009 mencapai angka
34,3%. Menurut penelitian Rohani (2007) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
ibu sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif, hal ini ditunjukkan
akan terjadi peningkatan pemberian ASI Eksklusif jika disertai dengan
peningkatan pengetahuan tentang ASI Eksklusif (Sugiarti, 2011).
Menurut Salfina
(2003) mengatakan bahwa 75,6% ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif adalah
ibu dengan pendidikan tamat SD, dan berstatus sebagai pekerja lepas atau buruh
(Firmansyh, 2012). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengena hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI
dengan tindakan ASI Eksklusif.
B.
Tujuan
Penelitian
Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu tentang ASI dengan tindakan ASI Eksklusif?
C.
Manfaat
Penelitian
1. Manfaat
Teoritis
a. Menambah
wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang ASI;
b. Menambah
pengetahuan ibu tentang ASI dan manfaat pemberian ASI;
c. Menambah
pengetahuan ibu tentang pengertian dan pemberian ASI Eksklusif.
2. Manfaat
Praktis
a. Sebagai
masukan bagi ibu agar dapat memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya sampai usia
6 bulan.
b. Sebagai
masukan bagi pukesmas dan tenaga ahli untuk menyarankan agar ibu memberikan ASI
secara Eksklusif serta menjelaskan manfaat pemberian ASI terhadap ibu dan
bayinya.
c. Diharapkan
hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai sumbangan pemikiran dan bahan
pertimbangan untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi sampai 6 bulan.
=================================================================
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definisi ASI Eksklusif
ASI
Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat
alamiah. (Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI Eksklusif menurut WHO adalah
pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air
jeruk ataupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai
berumur 6 bulan.
ASI
eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain,
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan
makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim,
kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI
eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga
berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah
usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI,
sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).
ASI adalah
satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur
kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI
mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah
sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya
dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam
air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling
baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya
akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan
perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).
B.
Pengelompokan ASI Eksklusif
ASI dikelompokan menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut:
1. ASI stadium I adalah kolostrum.
Kolostrum adalah cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari
ke-1 sampai hari ke-4. Kolostrum sangat baik untuk mengeluarkan “meconium”
yaitu air ketuban dan cairan lain yang tertelan masuk perut bayi saat
proses persalinan. Jumlah (volume) kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.
2. ASI Stadium II adalah ASI peralihan
yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang. ASI ini
diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
3. ASI stadium III adalah ASI matur.
ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya.
C.
Manfaat ASI Eksklusif
Menyusui bayi dapat mendatangkan
keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan negara. Sebagai makanan
bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung
enzim pencernaan. Beberapa manfaat ASI sebagai berikut:
1. Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI
bertindak sebagai makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60%
kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia sebagaimana susu sapi
yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi,
pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta
alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang
tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek
penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu dengan
bayinya.
Hal ini akan berpengaruh terhadap
kemapanan emosinya di masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan
yang tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat mempercepat penyembuhan,
pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat dan
mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih
tinggi 7-9 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).
2. Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim
menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta
mengurangi resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan paha
pada masa kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat
langsing kembali, resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang
menyusui bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi
lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan
mensterilkannya.
ASI lebih praktis lantaran ibu bisa
berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan lain, ASI lebih murah dari pada susu
formula, ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan bayinya,
ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).
3. Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang
untuk membeli susu formula, botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi
sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan
kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif,
jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga
karena ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot membawa
berbagai peralatan susu ketika bepergian ( Roesli, 2005 ).
4. Untuk Masyarakat dan Negara
Menghemat devisa negara karena tidak
perlu mengimpor susu formula dan peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara
lebih sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit
hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan
angka kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi (Dwi
Sunar, 2009 ).
D.
Fisiologi Pengeluaran Asi Eksklusif
Pengeluaran
ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik,
saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun
berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang
lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin)
dan pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan
ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama kehamilan terjadi
perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh
adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan
ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini
dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu laktogen,
prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron. Pada akhir kehamilan,
sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu keluar
cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon
laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum
tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan
karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon
estrogen (Maryunani, 2009).
Setelah
persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta,
sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap
prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).
Penurunan
kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI pun mulai.
Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada
payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada keadaan :
stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan
kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat
pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul,
2008).
Pengeluaran
ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses pelepasan ASI yang berada
dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel.
Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari
alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus
laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani,
2009).
Faktor-faktor
yang memicu peningkatan refleks ”letdown/pelepasan ASI” ini yaitu pada saat ibu
melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk
meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat refleks
”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan bingung atau psikis kacau,
takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau merasakan nyeri.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan
otot polos uterus berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari
dinding uterus dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu,
setelah bayi lahir maka bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi
Menyusui Dini ). Dengan seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin
cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang
sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah
yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryunani, 2009).
E. Komposisi Asi Eksklusif
Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia,
komponen ASI sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik,
berikut komposisi ASI:
- Kolostrum
– Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum mengandung karoten dan
vitamin A yang tinggi yang berfungsi menjaga kekebalan tubuh bagi bayi.
- Protein
– Protein dalan ASI berupa casein (protein yang sulit di cerna) dan
whey (protein yang mudah di cerna). ASI lebih banyk mengandum whey di
bandingkan dengan casein.
- Lemak
– Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan merupakan komponen
yang gizi yang sangat berfariasi.penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang
tidak mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit koroner usia muda.
- Laktosa
– Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya sebagai
sumber energi meninggkatkan absorbs kalsium dan merang sang
pertumbuhan lactobacillus bifidus.
- Zat
Besi – Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang menyusui
jarang kekurangan zat besi.
- Taurin
– Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter, berperan
penting dalam maturasi otak bayi.
- Laktobacilus
– Berfungsi menghambat pertumbuhan microorganisme seperti becteri ecoli
yang sering menyebabkan diare pada bayi.
- Laktoferin
– Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri
dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk
berkembang.
- Lizozim
– Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens,
caries,dentis,dan maloklusi atau kebiasaan lidah yang mendorong kedepan
akibat menyusu dengan botol dan dot.
F. Keunggulan ASI daripada Susu Formula
Perbedaan
|
ASI
|
Susu Formula
|
Komposisi
|
ASI mengandung zat-zat gizi,
antara lain:faktor pembentuk sel-sel otak, terutama DHA, dalam kadar tinggi.
ASI juga mengandung whey (protein utama dari susu yang berbentuk cair) lebih
banyak daripada kasein (protein utama dari susu yang berbentuk gumpalan)
dengan perbandingan 65:35.
|
Tidak seluruh zat gizi yang
terkandung di dalamnya dapat diserap oleh tubuh bayi. Misalnya, protein susu
sapi tidak mudah diserap karena mengandung lebih banyak casein. Perbandingan
whey: casein susu sapi adalah 20:80.
|
Nutrisi
|
Mengandung imunoglobulin dan kaya
akan DHA (asam lemak tidak polar yang berikat banyak) yang dapat membantu
bayi menahan infeksi serta membantu perkembangan otak dan selaput mata.
|
Protein yang dikandung oleh susu
formula berguna bagi bayi lembu tapi kegunaan bagi manusia sangat terbatas
lagipula immunoglobulin dan gizi yang ditambah di susu formula yang telah
disterilkan bisa berkurang ataupun hilang.
|
Pencernaan
|
Protein ASI adalah sejenis protein
yang lebih mudah dicerna selain itu ada sejenis unsur lemak ASI yang mudah
diserap dan digunakan oleh bayi. Unsur elektronik dan zat besi yang dikandung
ASI lebih rendah dari susu formula tetapi daya serap dan guna lebih tinggi
yang dapat memperkecil beban ginjal bayi. Selain itu ASI mudah dicerna bayi karena
mengandung enzim-enzim yang dapat membantu proses pencernaan antara lain
lipase (untuk menguraikan lemak), amilase (untuk menguraikan karbohidrat) dan
protease (untuk menguraikan protein).
|
Tidak mudah dicerna: serangkaian
proses produksi di pabrik mengakibatkan enzim-enzim pencernaan tidak
berfungsi. Akibatnya lebih banyak sisa pencernaan yang dihasilkan dari proses
metabolisme yang membuat ginjal bayi harus bekerja keras. Susu formula tidak
mengandung posporlipid ditambah mengandung protein yang tidak mudah dicerna
yang bisa membentuk sepotong susu yang membeku sehingga berhenti di perut
lebih lama oleh karena itu taji bayi lebih kental dan keras yang dapat
menyebabkan susah BAB dan membuat bayi tidak nyaman.
|
Kebutuhan
|
Dapat memajukan pendirian hubungan
ibu dan anak. ASI adalah makanan bayi, dapat memenuhi kebutuhan bayi,
memberikan rasa aman kepada bayi yang dapat mendorong kemampuan adaptasi
bayi.
|
Kekurangan menghisap payudara:
mudah menolak ASI yang menyebabkan kesusahan bayi menyesuaikan diri atau
makan terlalu banyak, tidak sesuai dengan prinsip kebutuhan.
|
Ekonomi
|
Lebih murah: menghemat biaya
alat-alat, makanan, dll yang berhubungan dengan pemeliharaan, mengurangi
beban perekonomian keluarga.
|
Biaya lebih mahal: karena
menggunakan alat,makanan, pelayanan kesehatan, dll. Untuk memelihara sapi.
Biaya ini sangat subjektif yang menjadi beban keluarga.
|
Kebersihan
|
ASI boleh langsung diminum jadi
bias menghindari penyucian botol susu yang tidak benar ataupun hal kebersihan
lain yang disebabkan oleh penyucian tangan yang tidak bersih oleh ibu. Dapat
menghindari bahaya karena pembuatan dan penyimpanan susu yang tidak benar.
|
Polusi dan infeksi: pertumbuhan
bakteri di dalam makanan buatan sangat cepat apalagi di dalam botol susu yang
hangat biarpun makanan yang dimakan bayi adalah makanan bersih akan tetapi
karena tidak mengandung anti infeksi, bayi akan mudah mencret atau kena
penularan lainnya.
|
Ekonomis
|
Tidak perlu disterilkan atau lebih
mudah dibawa keluar, lebih mudah diminum, minuman yang paling segar dan suhu
minuman yang paling tepat untuk bayi.
|
Penyusuan susu formula dan alat
yang cukup untuk menyeduh susu.
|
Penampilan
|
Bayi mesti menggerakkan mulut
untuk menghisap ASI, hal ini dapat membuat gigi bayi menjadi kuat dan wajah
menjadi cantik.
|
Penyusuan susu formula dengan
botol susu akan mengakibatkan penyedotan yang tidak puas lalu menyedot terus
yang dapat menambah beban ginjal dan kemungkinan menjadi gemuk.
|
Pencegahan
|
Bagi bayi yang beralergi, ASI
dapat menghindari alergi karena susu formula seperti mencret, muntah, infeksi
saluran pernapasan, asma, bintik-bintik, pertumbuhan terganggu dan gejala
lainnya.
|
Bagi bayi yang alergiterhadap susu
formula tidak dapat menghindari mencret, muntah,infeksi saluran napas, asma,
kemerahan, pertumbuhan terganggu dan gejala lainnya yang disebabkan oleh susu
formula.
|
Kebaikan bagi ibu
|
Dapat membantu kontraksi rahim
ibu, lebih lambat datang bulan sehabis melahirkan sehingga dapat ber-KB
alami. Selain itu dapat menghabiskan kalori yang berguna untuk pengembalian
postur tubuh ibu. Berdasarkan biodata statistik, ibu yang menyusui ASI lebih
rendah kemungkinan menderita kanker payudara, kanker rahim dan keropos
tulang.
|
Tidak dapat membantu kontraksi
rahim yang dapat membantu pengembalian tubuh ibu jadi rahim perlu dielus sendiri
oleh ibu. Tidak dapat memperlambat waktu datang bulan yang dapat menghasilkan
cara KB alami. Berdasarkan biodata statistik, ibu yang menyusui susu formula
lebih tinggi kemungkinan menderita kanker payudara.
|
G. Cara Pemberian ASI yang Benar
- Cuci tangan
yang bersih dengan sabun.
- Perah
sedikit ASI dan oleskan disekitar putting
- Duduk
dan berbaring dengan santai.
- Bayi
diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan
bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu.
- Dekatkan
badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan
menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
- Segera
dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi
terletak di bawah puting susu.
H. Cara Menyimpan ASI yang Benar
- Masukan
ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau wadah
plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah
melamin, gelas, cangkir keramik.
- Jangan
masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik styrofoam.
- Beri
tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
- Dinginkan
dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang diijinkan ( +
2 minggu).
- Jika
hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama semalam, baru
masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan makanan).
- Gunakan
sebelum batas maksimal yang diijinkan. (+ 3-6 bulan)
============================================================
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional
analitik dengan pendekatan cross
sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini sering disebut sebagai
factor risiko sedangkan variabel tergantung atau terikat disebut sebagai efek
(Arief, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1.
Tempat : Wilayah Kecamatan Karangampel
2.
Waktu : Desember 2017
C. Populasi dan Subjek Penelitian
Populasi
yang diambil adalah ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan di Wilayah Kecamatan
Karangampel.
D. Definisi Operasional
1.
Variabel bebas : Pengetahuan ibu tentang
ASI
Segala
sesuatu yang diketahui responden mengena ASI Eksklusif
Alat
ukur : kuesioner
Skala : Nominal
2.
Variabel terikat : Tindakan ASI
Eksklusif
Ibu
memberikan ASI pada anak yang beusia 0-6 bulan tanpa diberikan makanan atau
minuman tambahan, termaksud air putih. Tanpa menggugurkan imunisasi dan
pemberian obat atas resep tenaga kesehatan atau dokter.
Alat
ukur : kuesioner
Skala : Nominal
E. Tahapan Penelitian
Soal
dan hasil pengetahuan ibu tentang ASI dikumpulkan dan disusun, kemudian
dilakukan editing, penetapan skor dari data yang diperoleh.
F. Sumber Data
Responden
dari ibu-ibu yang memiliki anak usia 6-24 di wilayah Kecamatan Karangampel
dengan cara mengisi biodata dan kuesionar.
G. Analisis Data
Dalam
analisis data ini menggunakan instrument berupa kuesioner pengetahuan ibu yang
didapatkan dari Kapita Selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam penelitian
kesehatan.
1.
Kuesioner pengetahuan terdiri dari 10
pertanyaan. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor
0, kemudian seluruh jawaban benar dijumlahkan.
2.
Kuesioner tindakan terdiri dari 3
pertanyaan dengan pilihan jawaban Pernah atau Tidak Pernah.
============================================================
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Responden
penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak berusia 6-24 bulan. Jumlah sampel
yang diteliti adalah 20 ibu dan anak. Adapun umur responden dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel
1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur
Umur Ibu (Tahun)
|
Frekuensi
|
Presentasi
(%)
|
Kurang
dari 30
Lebih
dari 30
|
17
3
|
85
15
|
Total
|
20
|
100
|
Tabel
1 menunjukkan bahwa umur ibu kurang dari 30 yaitu 17 orang (85%), sedangkan
yang umur lebih dari 30 yaitu 3 orang (15%).
Tabel
2. Distribusi subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Ibu
|
Frekuensi
|
Presentasi
(%)
|
Tamat
SD
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Perguruan
Tinggi
|
0
2
14
4
|
0
10
70
20
|
Total
|
20
|
100
|
Tabel
2 menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan SMA yaitu 14 orang (70%), pendidikan
ibu perguruan tinggi yaitu 4 orang (20%), pendidikan ibu SMP yaitu 2 orang
(10%) dan tidak ada responden berpendidikan tamat SD.
Penelitian
pengetahuan ibu ASI meliputi definisi, komposisi, manfaat, mekanisme
pembentukan, nilai gizi ASI, serta mekanisme menyusui. Pengetahuan tentang ASI
dibagi menjadi dua yaitu baik dan buruk, sebagai berikut :
Tabel 3. Distribusi
subjek penelitian berdasarkan Pekerjaan.
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
Presentase
(%)
|
Bekerja
Tidak
Bekerja
|
6
14
|
30
70
|
Total
|
20
|
100
|
Tabel 3 menunjukkan ibu yang bekerja yaitu
sebanyak 6 orang (30%), sedangkan ibu tidak bekerja sebanyak 14 orang (70%).
Tabel 4. Distribusi
subjek penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan tentang pemberian makanan
selain ASI (air, madu, susu fomula, pisang).
Pengetahuan Ibu
|
Frekuensi
|
Presentase
(%)
|
Ya
(lebih dari 6 bulan)
Tidak
(kurang dari 6 bulan)
|
19
1
|
95
5
|
TTotal
|
20
|
100
|
Tabel 4 menunjukkan ibu tidak memberikan
makanan dan minuman pengganti ASI lebih dari 6 bulan sebanyak 1 orang (5%),
sedangkan ibu yang memberikan makanan dan minuman pengganti ASI sebanyak 19
orang (95%).
Tabel 5. Distribusi
subjek penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan tentang Air Susu Ibu (ASI).
Pengetahuan Ibu
|
Frekuensi
|
Presentase
(%)
|
Bbaik
BBuruk
|
17
3
|
85
15
|
Ttotal
|
20
|
100
|
Tabel 5 menunjukkan ibu yang berpengetahuan
buruk tentang Air Susu Ibu (ASI) yaitu sebanyak 3 orang (15%), sedangkan ibu
berpengetahuan baik tentang Air Susu Ibu (ASI) sebanyak 17 orang (85%).
B. Pembahasan
Penelitian
ini dilakukan dengan pengukuran tingkat pengetahuan ibu tentang Air Susu Ibu
dengan tindakan ASI Eksklusif terhadap 20 ibu. Hasil penelitian diketahui
jumlah ibu terbanyak berpengetahuan baik yaitu 17 orang (85%), sedangkan ibu
berpengetahuan buruk 3 orang (15%).
Dari
penelitian ini dapat dibuktikan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ASI
berpengaruh pada tindakan ASI Eksklusif. Menurut Budiman (2013), factor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : (1) pendidikan, (2) informasi
(media massa), (3) social, budaya, dan ekonomi (4) lingkungan, (5) pengalaman,
(6) usia (2005) yang dikutip dari firmansyah (2012) bahwa pendidikan merupakan
penuntunan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan
untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ibu yang diteliti sebagian besar memiliki
pengetahuan baik. Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang ASI
menyebabkan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya (Rahayu, 2007).
==========================================================
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat
hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang Air Susu Ibu (ASI)
dengan tindakan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif.
B. Saran
1. Perlunya
usaha untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI, dengan cara memberikan
penyuluhan tentang ASI, serta menjelaskan manfaat pemberian ASI baik untuk ibu
maupun untuk bayi.
2. Perlu
penelitian lebih lanjut tentang ASI dan factor-faktor yang mempengaruhi
tindakan ASI Eksklusif.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat Nya sehingga makalah ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Dan harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Indramayu, Desember 2017
Penyusun
========================================================
Jangan lupa download juga makalah
MAKALAH RESIKO PEMAJANAN FORMALDEHID SEBAGAI BAHAN PENGAWET TEKSTIL di SINI
MAKALAH ETIKA PROFESI GURU Download diSINI
Jika anda berminat untuk makalah diatas anda bisa download di SINI
Terimakasih
ReplyDelete