MAKALAH LANDASAN DAN HAKIKAT PENYELENGGARAAN PAUD
dibawah ini adalah makalah Hasil Demo dari File yang admin punya kalau anda berminat dengan Makalah Judul ini anda Bisa Download file nya di bawah setelah isi makalah ini, jadi anda tidak usah repot - repot mengedit ulang lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kesulitan
Dan tantangan dalam kehidupan manusia baik yang diakibatkan oleh lingkungan
maupun alam yang kurang bersahabat, sering memaksa manusia untuk mencari cara
yang memungkinkan mereka untuk keluar dari kesulitan yang dialaminya. Masih
banyaknya warga yang tidak melanjutkan pendidikan ke taraf yang memungkinkan
mereka menggeluti profesi tertentu, menuntut upaya-upaya untuk membantu mereka
dalam mewujudkan potensi yang dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi
pembangunan bangsa.
Sejauh
ini, anggran yang berkaitan dengan pendidikan mereka masih terbatas, sehingga
berbagai upaya untuk dapat terus mendorong keterlibatan masyarakat dalam
membangun pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar
makin tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan mendorong masyarakat
untuk terus berpartisipasi aktif di dalamnya.
Bertitik
tolak dari permasalahan yang dihadapi, pendidikan luar sekolah berusaha mencari
jawaban dengan menelusuri pola-pola pendidikan yang ada, seperti pesantren, dan
pendidikan keagamaan lainnya yang keberadaannya sudah jauh sebelum Indonesia
merdeka, bertahan hidup sampai sekarang dan dicintai, dihargai dan diminati
serta berakar dalam masyarakat.
Kelanggengan
lembaga-lembaga tersebut karena tumbuh dan berkembang, dibiayai dan dikelola oleh
dan untuk kepentingan masyarakat. Di sisi lain, masyarakat merasakan adanya
kebermaknaan dari program-program belajar yang disajikan bagi kehidupannya,
karena pendidikan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
nyata masyarakat.
Dalam
hubungan ini pendidikan termasuk pendidikan nonformal yang berbasis kepentingan
masyarakat lainnya, perlu mencermati hal tersebut, agar keberadaannya dapat
diterima dan dikembangkan sejalan dengan tuntutan masyarakat berkaitan dengan
kepentingan hidup mereka dalam mengisi upaya pembangunan di masyarakatnya.Ini
berarti bahwa pendidikan nonformal perlu menjadikan masyarakat sebagai sumber
atau rujukan dalam penyelenggaaraan program pendidikannya.
Hasil
kajian Tim reformasi pendidikan dalam konteks Otonomi daerah (Fasli Jalal, Dedi
Supriadi. 2001) dapat disimpulkan bahwa apabila pendidikan luar sekolah
(pendidikan nonformal) ingin melayani, dicintai, dan dicari masyarakat, maka
mereka harus berani meniru apa yang baik dari apa yang tumbuh di masyarakat dan
kemudian diperkaya dengan sentuhan-sentuhan yang sistematis dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Strategi
itulah yang perlu terus dikembangkan dan dilaksanakan oleh pendidikan luar
sekolah dalam membantu menyediakan pendidikan bagi masyarakat yang karena
berbagai hal tidak terlayani oleh jalur formal/sekolah.
Bagi
masyarakat yang tidak mampu, apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana hidup
hari ini, karena itu mereka belajar untuk kehidupan; mereka tidak mau belajar hanya
untuk belajar, untuk itu masyarakat perlu didorong untuk mengembangkannya
melalui Pendidikan nonformal berbasis masyarakat, yakni pendidikan nonformal
dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat.
Pendidikan Nonformal
merupakan jalur pendidikan diluar pendidikan formal untuk melayani kebutuhan
pendidikan masyarakat dalam rangka menigkatkan pendidikan,keterampilan,sikap
dan nilai yang dilaksanakan secara berjenjang dan berstruktur dengan sistem
yang luwes, fungsional dan mengembangkan kecakapan hidup untuk belajar
sepanjang hayat.
Pendidikan
nonformal meliputi pendidikan kecakapan hiduf,pendidikan anak usia
dini,pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan kepemudaan,pendidikan
keaksaraan,pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,pendidikan kesetaraan,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembagkan kemampuan peserta
didik.
Dari
apa yang telah diuraikan dapatlah ditarik beberapa kesimpulan berkaitan dengan
Pendidikan Nonformal berbasis Masyarakat sebagai berikut :
·
Pendidikan berbasis masyarakat merupakan
upaya untuk lebih melibatkan masyarakat dalam upaya-upaya membangun pendidikan
untuk kepentingan masyarakat dalam menjalankan perannya dalam kehidupan.
·
Pendidikan nonformal berbasis masyarakat
merupakan suatu upaya untuk menjadikan pendidikan nonformal lebih berperan
dalam upaya membangun masyarakat dalam berbagai bidangnya, pelibatan masyarakat
dalam pendidikan nonformal dapat makin meningkatkan peran pendidikan yang dapat
secara langsung dirasakan oleh masyarakat.
·
Untuk mencapai hal tersebut pemberdayaan
masyarakat melalui pengelolaan pendidikan nonformal menjadi suatu keharusan,
dalam hubungan ini diperlukan tentang pemehaman kondisi masyarakat khususnya di
desa berkaitan dengan hal-hal yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan
kualitas hidupnya, serta turut bertanggungjawab dalam upaya terus mengembangkan
pendidikan yang berbasis masyarakat, khususnya masyarakat desa.
B. Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini untuk menambah ilmu pengetahuan penulis dalam
bidang landasan Yuridis, filsafat, ilmu dan teori pendukung
pendidikan nonformal dan agar bisa memahami lebih baik lagi tentang pendidikan
nonformal.
C. Rumusan
Masalah
Disini
akan membahas yang mempunyai hubungan erat dengan pendidikan nonformal;
Tentang Pancasila
·
Undang-undang Dasar 1945
·
Garis Besar Haluan Negara
·
Filsafat Pendidikan
·
Teori-teori Pendikan
·
dan sebagainya
===============================================
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Anak Usia Dini
Anak
usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan
dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada
pada rentang usia 0-8 tahun ( NAEYC, 1992 ). Pada masa ini proses pertumbuhan
dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam
rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992).
Pendidikan
anak usia dini adalah merupakan salah satu bentuk penyelenggraan pendidikan
yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan
fisik ( koordinasi motorik halus dan kasar ) , kecerdasan ( daya pikir, daya
cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spritual ), sosio emosional ( sikap dan
perilaku serta beragama ), bahasa dan komunikasi , sesuai dengan keunikan dan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Contohnya, ketika
menyelenggarakan lembaga pendidikan seperti kelompok bermain, TK atau lembaga
PAUD yang berbasis pada kebutuhan anak.
Pendidikan
anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru
lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan
pada physical, intelligence/cognitive,emotional,and social education.
Upaya
PAUD bukan hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi termasuk upaya pemberian
gizi dan kesehatan anak sehingga dalam pelaksanaan PAUD dilakukan secara
terpadu dan komprehensif (Depdiknas, Panduan Mengajar di TK/RA, 2002).
Usia
dini lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat meneentukan dalam
pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu, sebagai usia
penting bagi perkembangan intelegensi permanan dirinya, mereka juga mampu menyerap
informasi yang sangat tinggi.Berkaitan dengan pendidikan anak usia dini,
terdapat beberapa masa yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi bagaimana
seharusnya seorang pendidik menghadapi anak usia dini, anatara lain, sebagai
berikut :
·
Masa
Peka
·
Masa
Egosentris
·
Masa
Meniru
·
Masa
Berkelompok
·
Masa
Bereksplorasi
·
Masa
Pembangkangan
B.
Hakikat
Pendidik Anak Usia Dini
Istilah
pendidik pada hakikatnya terkait sangat erat dengan istilah guru secara umum.
Guru diidentifikasikan sebagai : (1) Orang yang memiliki kharisma atau wibawa
hingga perlu untuk ditiru atau diteladani; (2) Orang dewasa secara sadar
bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak; (3) Orang yang
memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan
mengelola kelas dan (4) Suatu jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus.
Guru
mempunyai pengaruh besar bagi perkembangan anak selama memberikan perkembangan
yang sesuai, kreatif, dan menstimulasi kurikulum, serta lingkungan kelas. Dalam
proses merancang dan menulis kurikulum ini telah dibuat asumsi tentang
pembelajaran efektif bagi anak.
·
Para
guru ingin menyediakan kualitas yang terbaik dan efektif dalam
proses pendidikannya.
·
Pendidik
yang efektif memiliki keahlian dan pengalaman.
·
Pendidik
yang efektif menghargai perbedaan-perbedaan individu.
·
Pendidik
yang efektif memilki pengaruh terhadap anak yang diasuhnya.
·
Mereka
dapat membuaat kebijakan tentang penggunaan sistem pendidikan dan pengunaannya.
Mengutip
pendapat Piaget ( Catron dan Allen:1990,h ) peran guru lebih sebagai mentor
atau fasilitator, dan bukan penstransfer ilmu pengetahuan semata, karena ilmu
tidak dapat ditransfer dari guru kepada anak tanpa keaktifan anak itu sendiri.
Dalam
proses pembelajaran, tekanan harus diletakkan pada pemikiran guru. Oleh
karenanya, penting bagi guru untuk dapat :
·
mengerti
cara berfikir anak
·
mengembangkan
dan menghargai pengalaman anak
·
memahami
bagaimana anak mengatasi suatu persoalan
·
menyediakan
dan memberikan materi sesuai dengan taraf perkembangan kognitif anak agar lebih berhasil membantu anak berfikir dan membentuk
pengetahuan.
·
menggunakan
berbagai metode belajar yang bervariasi yang memungkinkan anak aktif
mengkonstruksi pengetahuan.
a.
Macam-
Macam Peranan Guru
Peran
dari guru kelas boleh jadi bagian yang paling penting dari rencana pelajaran
yang tak terlihat. Kekritisan dalam menetukan keefektivan dan kualitas
perawatan dan pendidikan untuk anak kecil. Guru mungkin merupakan faktor yang
paling penting dalam mendidik anak usia dini dan berpengalaman merawat anak.
Untuk memberikan lingkungan pelajaran yang kreatif untuk anak-anak secara
optimal, guru-guru harus berkembang dan mempunyai sikap yang kuat, sifat dan
bahwa guru-guru berkemampuan mempunyai ciri-ciri yang berhasil dan belajar
menyeimbangkan macam-macam dari tugas yang mereka butuhkan untuk menduga.
1)
Tingkah
Laku, Sifat, dan Kemampuan dari guru yang berhasil
Cara berfikir dan cara
dari berkelakuan yang membedakan kualitas dari guru-guru yang sebenarnya
memasukkan kecakapan untuk mengambil resiko, untuk memperlihatkan perasaan
sayang mempertemukan diantara orang-orang, untuk kesenangan meniru seseorang
dan spontanitas, untuk membuka semua kesempatan untuk keduanya guru dan
pelajar, dan untuk membagi gaya tarik dari keunikan dari diri mereka sendiri
dan orang yang penyayang (buscaglia, 1984).
Guru yang baik untuk
anak-anak memiliki banyak sifat dan ciri khas. Meninjau dari penelitian Feeney
dan Chun ( 1985 ) mendasarkan guru-guru terbaik untuk anak-anak memperlihatkan
ciri khas seperti di bawah ini: kehangatan hati, kepekaan, mudah beradaptasi,
jujur, ketulusan hati, sifat yang bersahaja, sifat yang menghibur, menerima
perbedaan individu, mampu mendukung pertumbuhan tanpa terlalu melindungi, badan
yang sehat dan kuat, ketegaran hidup, perasaan kasihan/keharuan, menerima diri
emosi yang stabil, percaya diri, mampu untuk terus-menerus berprestasi dan
dapat belajar dari pengalaman
(hymes,1968;read&patterson,1980;yardley,1971).
Ciri guru yang berhasil
mendorong pertumbuhan dan perkembangan daya cipta anak:
·
mereka
ingin membaca diantara bermacam-macam, agar kemungkinan ingat dimasa mendatang
·
mereka
memiliki kesanggupan untuk melihat kemungkinan dimasa mendatang, orangnya kerap
kali kreatif
·
mereka
terbuka kepada petunjuk baru dan perkembangan baru
·
mereka
menunjukkan suatu perhatian pada yang baru dan pilihan yang belum dicoba juga
untuk baru pengetahuan melalui tangkapan suatu instusi dari maksud dan kompleks
·
mereka
lebih fokus pada pekerjaan dengan teori dan imajinasi dari pada tentang
perlakuan dengan nyata dan perincian praktis
·
mereka
mudah mengatur suatu kebetulan dan yang tidak diduga-duga.
·
mereka
memperlihatkan sifat mudah beradaptasi, penyesuaian dan toleransi (tegano,moran,& sawyers, 1991,P.102;reprinted by
permission of NEA)
a.
Peranan Guru dalam
Berinteraksi
Guru dari anak kecil
akan sering berinteraksi dengan anak dalam perhatian. Interaksi dapat
kedua-duanya yaitu lisan dan tidak lisan dan akan diperlihatkan dengan jelas
rasa hormat dan kasih sayang untuk anak(accreditation criteria an procedures,
1991). Guru akan berinisiatif memfariasikan lisan, seperti sebagai sukarelawan,
informasi untuk anak, meminta mereka membuka semua keraguan dengan memberikan
perintah, dan benar-benar bercakap-cakap dengan mereka.
b.
Peranan
Seorang Guru Pengasahan
Pendidik masa kecil anak
menganjurkan untuk mengasuh dengan sentuhan dan kasih sayang (allen,1986).
Pengasuhan saling mempengaruhi seperti pelukan, getaran, cara mengemong, dan
menggendong adalah untuk kebutuhan perkembangan fisik dan psikologis anak.
Kontak fisik melalui bermain, memberikan perhatian, dan pengajaran adalah
penting dalam mendorong perkembangan fisik, kesehatan emosionil, dan kasih
sayang untuk guru.
Memelihara interaksi
membantu anak mengembangkan gambaran diri positif dan konsep diri seperti
pengalaman hormat mereka dan ikut sertanya kontak fisik dengan guru. Memberikan
perhatian dengan penuh kasih sayang dan menambah sentuhan keduanya yaitu
perkembangan emosi dan kognitif.
c.
Peranan
Seorang Guru dalam Mengatur Tekanan
Guru membantu anak untuk
belajar mengatur tekanan akan menciptakan permainan dan mempelajari lingkungan
yang aman pengelolaan tekanan dan dapat mengatasi kemampuan membantu
perkembangan. Guru juga akan memberikan anak keterangan perkembangan yang tepat
tentang peristiwa tekanan, memberikan pententraman hati lagi secara fisik, dan
mendorong anak untuk menjawab pertanyaan, mengutarakan perasaan, dan
membicarakan pandangan mereka sendiri (allen,1988).
d.
Peranan
Guru dalam Memberikan Fasilitas
Guru memudahkan
perkembangan kreativitas terutama melalui pembukaan, tidak langsung mengambil
keputusan, menerima penampilan dan sikap santai, lingkungan belajar yang
fleksibel, merupakan sumber aktivitas yang kaya dan berlimpah.Para guru
menyarankan kepada anak-anak untuk menemukan berbagai macam kesempatan individu
dan menginterpretasikan aktivitas, mendorong timbulnya pengekspresian diri.
e.
Peran
Guru dalam Perencanaan
Rencana guru untuk
pengamanan seorang anak diperlukan untuk keamanan lingkungan fisik dan psikologi.
Para guru merencanakan kebutuhan anak-anak untuk aktifitas mereka, perhatian,
stimulasi, dan kesuksesan melalui keseimbangan dan kesatupaduan hari di dalam
kelas dan melalui implementasi desain kegiatan yang terencana untuk menemukan
kebutuhan-kebutuhan itu.
f.
Peran
Guru dalam Pengayaan
Asosiasi Nasioanal
Pendidikan anak menyarankan untuk mengikuti garis pedoman untuk menjamin
penggunaan perkembangan strategi mengajar yang tepat:
·
guru
menyiapkan lingkungan belajar untuk anak
·
anak-anak
memilih sendiri aktifitas mereka berbagai macam area belajar yang
disediakan oleh guru
·
anak-anak
diharapkan menjadi aktif secara fisik dan mental.
·
Anak-anak
bekerja secara individual atau dalam kelompok kecil atau kelompok informal
dalam waktu yang lebih banyak.
·
Anak-anak
disediakan aktivitas belajar secara kongkrit dengan barang-barang dan
orang-orang yang sesuai untuk pengalaman hidup mereka.
·
Guru
bergerak diantara kelompok-kelompok dan individu untuk memudahkan keterlibatan
anak dengan barang-barang dan aktivitas-aktivitas mereka dengan bertanya, memberikan saran, atau menambahkan
barang-barang yang lebih kompleks atau ide-ide untuk situasi.
·
guru
menerima bahwa ada lebih dari satu jawaban yang benar (NAEYC,1986,pp3-24)
g.
Peran
Guru dalam Menangani Masalah
Guru sebagai penangan
masalah menggunakan proses yang meliputi perolehan informasi, mempertimbangkan
jalan alternatif, mengevaluasi hasil dan mempergunakan pengaruh bolak-balik
untuk program terus menerus. Untuk mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah, para guru harus mengembangkan sebuah
keputusan-sebuah kemungkinan untuk keefektivan peraturan dan respon pada
situasi kelas yang bervariasi.
h.
Peran
Guru dalam Memberi Pengarahan
Peranan guru sebagai
pengarah melewati pengarahan/anjuran untuk menemukan kebutuhan anak dalam kelas
mereka sendiri, dalam dunia politik masyarakat dan komitmen untuk menjadi
sempurna dibidang pendidikan anak usia dini. Para guru harus mentaati
personalitas dan kode etik profesional;Asosiasi Nasional untuk kode etik
tingkah laku Pendidikan Anak (Feeney & Kepnis, 1996) (Lampiran A) adalah
bijaksana dan diterima secara luas sebagai standar dalam bidang pendidikan anak
usia dini.
i.
Peran
Guru dalam Memberi Pengajaran
Guru terbaik bagi anak
usia dini melakukan dan mengembangkan pembelajaran yang berkelanjutan sebagai
profesi pendidikan anak usia dini yang efektif. Katz mengidentifikasi 4 tingkat
pertumbuhan dan perkembangan keprofesionalan seorang guru. Kelangsungan
hidup (Survival),penggabungan (consolidation),pembaharuan(renewal),dan
kedewasaan (maturity).
Guru yang 1) memiliki
kewaspadaan pada penampilan, atribut, dan kemampuan mereka; 2) efektif dalam
membuat keputusan tentang interaksi, pengasuhan, manajemen stres, fasillitasi,
perencanaan, memperkaya, memecahkan masalah, mengarahkan, dan
membelajarkan; dan 3) memiliki komitmen pada profesi dan personal yang
mengagumkan, membuat perbedaan yang nyata pada kehidupan anak-anak usia dini.
Sebagai pembuktian, tanggung jawab pendidik anak usia dini, mengajar adalah
kesungguhan “ sebuah profesi yang mengarahkan yang dapat menantang anatara hati
dan pikiran”(Smith,1982). pendidikan dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
C.
Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini
Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu lembaga yang memberikan layanan
pengasuhan, pendidikan dan pengembangan bagi anak lahir sampai enam tahun dan
atau enam tahun sampai delapan tahun, baik yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah dan non pemerintah.
Kegiatan
pendidikan seharusnya disusun dalam suatu rencana kegiatan pendidikan diarahkan
pada tiga peran pendidikan anak usia dini, yaitu:
1) Pendidikan sebagai proses belajar dalam diri anak
2) Pendidikan sebagai proses sosialisasi
3) Pendidikan sebagai proses pembentukan kerja sama peran
D.
Landasan
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
a.
Landasan
Yuridis
Pendidikan
Anak Usia Dini merupakan bagian dari pencapaian tujuan pendidikan nasional,
sebagimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasioanl yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusa yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Berdasarkan UU No.23
Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pendidikan dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
b.
Landasan
Filosofis dan Religi
Pendidikan
dasar anak usia dini pada dasarnya harus berdasarkan pada nilai-nilai filosofis
dan religi yang dipegang oleh lingkungan yang berada disekitar anak dan agama
yang dianutnya. Pendidikan agama menekankan pada pemahaman tentang agama serta
bagaimana agama diamalkan dan diaplikasikan dalam tindakan serta perilaku dalam
kehidupan sehari-hari.
Dibutuhkan situasi dan
kondisi yang kondusif pada saat memberikan stimulasi dan upaya-upaya pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan anak yang berbeda satu dengan yang lainnya
(individual differences)
- ontologis
- Epistomologis
- Aksiologis
c.
Landasan
Keilmuan dan Empiris
Pendidikan anak usia
dini pada dasarnya harus meliputi aspek keilmuan yang menunjang kehidupan anak
dan terkait dengan perkembangan anak. Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis
artinya kerangka keilmuan PAUD dibangun dari interdisiplin ilmu.
Dari segi empiris,
banyak sekali penelitian yang menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini
sangat penting, anatara lain yang menjelaskan bahwa pada waktu manusia lahir,
kelengkapan organisasi otak, memuat 100-200 milyar sel otak (Teyler,1997 dalam
Clark, 1986) yang siap dikembangkan serta diaktualisasikan mencapai tingkat
perkembangan potensi tertinggi, tetapi hasil riset membuktikan bahwa hanya 5 %
dari potensi anak itu yang terpakai. Hal itu disebabkan kurangnya stimulasi
yang mengoptimalkan fungsi otak.
=================================================
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ø Anak usia dini adalah sekelompok individu yang berusia
antara 0-8 tahun yang sedang berada dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik maupun psikis.
Ø Pendidik anak usia dini di lembaga Pendidikan Anak Usia
Dini adalah suatu jabatan atau profesi yang memerlukan kompetensi, keterampilan
dan keahlian khusus di bidang keusaiadinian. Ciri yang harus dimiliki seorang
pendidik anak usia dini adalah: (1) memiliki kharisma atau wibawa dan dapat
menjadi panutan atau teladan; (2) memiliki tanggung jawab secara sadar dalam
mendidik, mengajar dan membimbing anak; (3) memiliki kemampuan merancang
program pembelajaran serta mampu menata dan megelola kelas secara profesional.
Ø Landasan penyelenggaraan PAUD terdiri dari landasan
yuridis, yaitu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; landasan
filosofis dan religi, yaitu berdasarkan nilai-nilai filosofis dan religi yang
dianut dan secara turun-temurun berkembang dilingkungan; serta landasan
keilmuan dan empiris, yaitu berdasarkan berbagai temuan teknisi yang bersifat
isomorfis dari berbagai disiplin keilmuan usia dini.
B.
Saran
Kami
mengharapkan agar para pembaca atau mahasisiwi mampu memahami, menganalisa
tentang hakikat anak usia dini, hakikat Pendidik Anak Usia dini, Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini,dan Landasan Penyelengggaraan Pendidikan Anak Usia
Dini serta menambah pengetahuan dan wawasan tentang peran penting menjadi
pendidik Anak Usia Dini.
DAFTAR
PUSTAKA
Andi Yudianto. 2009.
Perkembangan Intelektual. Jakarta.
Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun 2009 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Depdiknas:Jakarta.
Direktorat Pendidikan
Anak Usia Dini, Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia
Dini. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
M. Hariwijaya dan Bertiani
Eka Sukaca. 2007. PAUD Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan Sejak
Dini. Bandung
M. Solehuddin,
1997. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. IKIP Bandung:Bandung.
. 2008. Psikologi
Pendidikan, Makalah. Universitas Gunadarma:Jakarta.
Suyatman. 2008. Pengembangan
Kecerdasan Spritial, emosional dan Intelektual, sebuah makalah. Jakarta.
0 comments: