KEGIATAN BELAJAR 2
KETERAMPILAN BERNYANYI
Diakhir
Kegiatan Belajar 3 Modul 5, diharapkan anda akan dapat menjelaskan kembali
konsep bernyanyi pada anak TK. Selain itu, akan dibahas tentang bernyanyi yang
baik dan benar bagi anak didik di TK. Mengapa bernyanyi? Sebab, kegiatan
bernyanyi adalah bentuk musik yang paling alamiah dan paling mudah dipelajari
anak didik. Bukankah kita dapat membuat musik dengan alat musik yang telah
disediakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Melalui kegiatan bernyanyi, anda dapat
mengembangkan rasa estetika dan rasa musikal anak.
Seorang
komposer akan memerlukan suatu media untuk menuangkan gagasan musikalnya.
Pertama, dia akan menuangkan gagasan musikalnya ke dalam notasi musik yang
selanjutnya diwujudkan dalam bentuk bunyi. Ada beragam media untuk mewujudkan
bunyi, antara lain berupa suara manusia / musik vokal dan berbagai musik
instrument musik. Bernyanyi adalah istilah lain dari musik vokal. Diduga,
bernyanyi merupakan medium musik pertama yang dimiliki manusia pada masa lalu
(Miller, 1991). Dikatakan lebih lanjut, suara manusia diperkirakan merupakan
medium musikal yang mendasari medium-medium musik lainnya. Vokal berasal dari
tubuh penyanyinya sendiri dan bernyanyi merupakan gabungan dari kata-kata dan
musik. Jadi, dapat dikatakan bahwa musik vokal memiliki ekspresi natural,
komunikasi langsung, dan merupakan kehalusan dari gambaran perasaaan / emosi
dan musik serta kualitas kemanusiaan secara umum.
Bernyanyi
sebagai bagian dari musik merupakan salah satu komponen yang dianggap mampu
mengembangkan fungsi belahan otak kanan dan kiri manusia. Otak kanan bertugas
mengoordinasikan tugas yang bersifat emosional : artistic, intuitif, ataupun
berfikir, secara holistic dam linier.
Pengetahuan
dan keterampilan anda bernyanyi dengan tepat tentunya sangat diperlukan pula
agar anda dapat memberikan contoh bagaimana bernyanyi yang benar kepada anak
didik. Sulit bagi seorang guru yang tidak memahami konsep bernyanyi dan
keterampilan bernyanyi ketika dia harus mempraktikkannya di hadapan anak-anak,
bukan ? Apabila anda memiliki kesempatan, sebaiknya anda berlatih bernyanyi di
bawah bimbingan pengajar yang kompeten. Apabila anda belum memiliki kesempatan
ini, anda akan mendapatkan kiat-kiat bernyanyi sebagai guru di TK pada kegiatan
belajar ini.
Bernyanyi
adalah aktivitas musikal yang mengekspresiannya sangat pribadi karena
menggunakan alat musik yang ada pada tubuh manusia dan bersifat langsung.
Bernyanyi adalah ekspresi natural yang artistic karena musik merupakan bahasa
emosi yang mampu memberikan kesenangan dan kepuasan. Untuk dapat bernyanyi
dengan baik dan benar, anda perlu melalui suatu proses musikalitas,
intelektual, emosi, fisik, dan psikis.
Bernyanyi
yang baik dan benar tidaklah sesederhana yang diperkirakan, yaitu menyuarakan
notasi dalam bentuk teks lagu, bernafas, melembutkan dan mengeraskan volume,
berusaha mengekspresikan dengan gerak tubuh, lalu selesai. Dalam bernyanyi, ada
teknik-teknik yang harus dikuasai sehingga suara yang dihasilkan adalah suara
“orang bernyanyi”. Beberapa teknik yang amat perlu dikuasai antara lain adalah
sikap tubuh, pernafasan, intonasi, pengucapan, dan penjiwaan. Pemaparan materi
tersebut tidak dimaksudkan untuk menjadikan anda sebagai seorang penyanyi
professional atau mengajarkannya kepada anak didik anda. Akan tetapi, lebih
dimaksudkan sebagai memperluas pengetahuan dan keterampilan yang dapat
dimanfaatkan ketika anda berhadapan dengan anak didik anda dikelas.
1. Sikap tubuh ketika bernyanyi
Sebelum
anda memulai dengan tahap pembentukan dan olah suara, anda perlu mengetahui
bagaimana sebaiknya sikap tubuh ketika bernyanyi. Mengapa sikap tubuh perlu
menjadi perhatian anda ? Sikap tubuh yang benar dan baik akan memengaruhi
pernafasan dan kualitas suara anda sebab mekanisme pernafasan dan terjadinya
suara bergantung pada organ-organ tubuh terkait. Maka itu, sikap tubuh yang
baik akan membantu organ-organ tubuh terkait berfungsi dengan semestinya dan
maksimal.
Ada
dua sikap tubuh yang dapat dipilih, yakni sikap berdiri dan sikap duduk. Sikap
berdiri merupakan sikap bernyanyi yang paling dianjurkan. Anda berdiri dengan
tubuh dan kepala tegak lurus. Punggung tegak, tetapi tidak kaku, melainkan
rileks. Kedua lengan anda tergantung lemas dengan kedua bahu datar tidak
terangkat. Renggangkan kedua kaki dengan jarak kira-kira 10 cm. Salah satu kaki
agak maju ke depan. Usahakan agar lutut tidak terkunci kaku. Berat badan
tertumpu pada tumit.
Sementara
itu, sikap bernyanyi sambil duduk memerlukan bangku / kursi yang tidak terlalu
tinggi atau terlalu rendah agar kedua kaki dapat menekuk 900.
Duduklah tegak tidak bersandar dan agak maju ke dapan. Letakkan kedua kaki anda
merapat. Jangan silangkan atau bertumpung.
Untuk
anak-anak, sikap duduk ini dapat dianjurkan dengan memperhatikan. Pilihlah
bangku yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Garis pantat sejajar atau
sedikit lebih rendah dari lutut anak ketika mereka duduk. Alas bangku / kursi
sebaiknya rata dan tidak bergelombang. Pada saat bernyanyi, anak tidak
bersandar atau bertopang pada meja dengan kedua tangan dilipat. Posisi ini
diusahakan untuk dipertahankan selama mereka bernyanyi, kecuali pada waktu
istirahat.
2. Pernapasan
Pernapasan
dalam bernyanyi sangat jauh berbeda dengan pernapasan ketika kita berbicara.
Yang membedakannya adalah dalam pernapasan bernyanyi, kita akan memerlukan
pernapasan yang dalam dan panjang serta diperlukan kontrol agar menghasilkan
suara yang bagus. Pernapasan dalam dan panjang diperlukan untuk menjaga agar
suara kita tetap dapat mempertahankan nada dan teks lagu. Pada saat kita
bernapas sehari-hari kita tidak mengisi udara ke dalam paru-paru secara
maksimal. Bernyanyi akan memerlukan napas yang panjang dan terkontrol. Seluruh
bagian paru-paru harus terisi udara secara maksimal.
Untuk
itu, diperlukan kontrol setiap saat terhadap proses bernyanyi kita, terutama
saat menghirup dan mengeluarkan udara sambil mengalunkan nada-nada melodi. Pengontrolan
juga diperlukan untuk menghindari pemborosan udara pada saat kita mengeluarkn
udara dan mengefisiensikan pernapasan agar kestabilan suara dapat terjaga.
Untuk menghasilkan kualitas suara yang bagus, diperlukan teknik pernapasan. Ada
tiga jenis pernapasan, yaitu pernapasan dada, pernapasan perut, dan pernapasan
diafragma. Teknik pernapasan terakhir inilah yang selalu disarankan untuk
digunakan ketika kita bernyanyi. Mengapa teknik pernapasan diafragma yang
disarankan ? teknik ini dianggap mampu membantu menghasilkan pernapasan yang
panjang dan dalam serta pengontrolan pernafasan itu sendiri. Selain itu,
penggunaan teknik ini akan (1) memperkecil ketegangan pada bagian dada, (2)
mencegah kelelahan dan ketegangan pada dada, serta (3) mencegah ketegangan pada
bahu dan leher.
Diafragma
adalah otot kuat dan tebal yang terdapat tepat dibawah tulang rusuk yang paling
bawah. Otot ini menghubungkan antara rongga dada dan rongga perut. Berikut
diulas tentang bagaimana sebenarnya proses pernapasan difragma. Prosesnya
dimulai dengan memasukkan udara ke dalam paru-paru (inhalasi), kemudian ditahan
sejenak. Leher, dada, dan bahu tidak kaku, tetapi relaks. Setelah itu, barulah
napas diembuskan dengan hemat yang disebut (ekshalasi) dengan mengembalikan
posisi otot difragma ke posisi semula. Relaksasi adalah tahap selanjutnya
setelah ekshalasi, yaitu otot dikendurkan dan segera mempersiapkan diri untuk
menghirup udara lagi. Hal ini seharusnya dilatih berulang-ulang. Pada
bernyanyi, sebenarnya terjadi pengendalian pernapasan. Pada saat mengembuskan
napas, sebenarnya kita meniupkan suara atau nada seperti seruling.
3. Intonasi
Intonasi
adalah memproduksi nada. Menghasilkan nada yang jernih dengan ketinggian nada
itu amat penting. Apabila anda bukan penyanyi yang andal, anda tidak perlu
cemas. Usahakan menyanyikan nada dengan tepat dengan volume suara sedang agar
anda dapat mendengar suara anda sendiri.
4.
Penyampaian
pesan hanya dapat disampaikan melalui pengucapan yang jelas.
Oleh
karena itu, anda jangan segan membuka mulut dan berlatih di muka cermin, tanpa tegang.
5.
Penjiwaan
Menyanyikan
lagi sambil mengekspresikan pesan musikal yang tepat sesuai dengan jiwa dan
makna lagu disebut sebagai penjiwaan. Lagu gembira dinyanyikan dengan suara
riang, ringan, serta mimik muka dan gerak tubuh yang gembira. Hal ini tentunya
beda dengan lagu dengan melankolis yang dibawakan dengan suara gelap, berat,
serta mimikmuka yang tenang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menjiwai lagu yang dinyanyikan :
a.
Berusaha mengerti
makna syair / teks lagu yang dibawakan;
b.
Memahami
tanda-tanda dinamis, tempo, dan tanda-tanda lain yang tertulis pada notasinya;
c.
Memperhatikan
artikulasi dan pengkalimatan (phrasing)
lagu dari syair ataupun dari melodinya;
d.
Menghafalkan
lagu.
Dalam
penjiwaan lagu, kadang-kadang diperlukan juga kesesuaian warna suara penyanyi
dengan sifat lagu yang dibawakannya meskipun hal ini bukanlah penentu kualitas
pembawaan lagu. Oleh sebab itu, tidak semua penyanyi sesuai atau cocok
menyanyikan semua jenis lagu.
A.
PENYANYI PADA ANAK TK
Bernyanyi merupakan suatu bagian yang penting dalam
pengembangan diri anak. Guru disekolah TK harus mengarahkan anak didiknya bukan
sebagai penyanyi, tetapi lebih pada bagaimana membuat anak-anak menjadi
antusias dalam bernyanyi. Mengapa ?
Karena, dalam bernyanyi, anak-anak akan dapat mengekspresikan apa yang
dirasakan, dipikirkan, dan diimpikan secara pribadi. Melalui bernyanyi, meraka
akan bersentuhan dengan sesuatu yang indah. Dengan demikian, ada dua hal yang
perlu menjadi perhatian guru, yakni bagaimana memperkenalkan bernyanyi pada
anak-anak, apa, serta kapan mereka bernyanyi. Guru perlu mengetahui bagaimana
karakteristik suara mereka dan bagaimana dapat membantu anak mengembangkan
kegiatan bernyanyi mereka menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan. Karena itu,
anda perlu mengetahui dalam situasi apa anak suka bernyanyi dan jenis lagu-lagu
yang mudah dinyanyikan oleh anak-anak. Untuk itu, guru perlu memiliki kumpulan
lagu yang banyak dengan tema yang beragam pula.
Anak usia TK belajar berbicara dan bernyanyi dengan
cara menirukan yang mereka dengar dan dilanjutkan dengan meresponnya serta
mengekspresikannya dengan cara mereka masing-masing. Mungkin anda akan
menemukan beberapa anak memiliki kemampuan lebih cepat belajar bernyanyi
daripada belajar bidang kemampuan yang lain. Kelompok anak ini biasanya telah
memiliki kesempatan lebih awal dan lebih luas bersentuhan dengan musik. Mereka
ini akan lebih mudah menangkap pelajaran lagu baru yang anda berikan. Namun,
anda tidak perlu risau apabila anda menemukan anak-anak yang sama sekali tidak
dapat bernyanyi. Disinilah tugas anda untuk memperkenalkan kepada mereka suatu
kegiatan yang mudah dan menyenangkan bahwa bernyanyi bukanlah sesuatu yang
sulit atau yang menakutkan bagi mereka. Beberapa pendapat mengatakan bahwa
kemampuan bernyanyi pada anak berkaitan dengan kemampuan dan bakat anak dalam
musik. Namun demikian, ditemukan pula beberapa faktor yang dapat memengaruhi
kemampuan bernyanyi pada anak, seperti sifat anak, kesempatan
mengekspresikan diri dalam pola-pola
suara atu kesempatan mendengarkan dan berlatih bernyanyi, kepercayaan diri anak
yang dibangun dari lingkungan anak yang sehat, serta materi suara anak.
Banyak faktor penting yang memengaruhi aktivitas
bernyanyi pada anak. Pada contoh diatas, faktor-faktor yang memengaruhi adalah
sifat anak, kebutuhan anak untuk mengekspresikannya dalam pola-pola bunyi,
kepercayaan diri yang dimiliki anak dan lingkungan anak, serta suara anak.
Jika bernyanyi dianggap sebagai perluasan berbicara,
harus segera pula disadari bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan
berbicara anak juga akan memengaruhi kemampuan bernyanyi anak. Mengapa ?
Karena, bernyanyi sangat berhubungan erat dengan emosi sebagai bagian dari
masalah psikologi.
Hal yang penting diperhatikan, seperti telah
dijelaskan pada Modul 2, adalah kegiatan mendengarkan sejak dalam kandungan dan
setelah bayi dilahirkan. Yang didengarnya adalah melody, selain dari pada detak
jantung ibunya. Pada waktu anak belajar bernyanyi, unsur melodi menjadi dominan
pada awalnya yang mengandung unsur nada dan ritme. Oleh karena itu, unsur
ketinggian nada menjadi perlu amat diperhatikan untuk meletakkan dasar bagi
perkembangan selanjutnya yang akan dibahas berikut ini.
1.
Ketinggian Nada
Pernahkah
anda mendapatkan anak “bernyanyi hanya dalam satu nada” atau monoton? Artinya,
dari nyanyiannya tidak terdengar naik-turun melodi lagunya, yang terdengar
hanyalah melodi “datar” atau dengan nada yang sama (monotone). Anak yang bernyanyi
di luar melodi lagu biasanya disebut bernyanyi dengan nada sumbang. Keadaan ini
terjadi karena anak tersebut tidak menyadari kemampuan mekanisme bernyanyi atau
anak belum menyadari bahwa bernyanyi merupakan suatu kombinasi
perubahan-perubahan pada ketinggian nada atau biasa disebut pitch dan ritme. Tiap-tiap anak memiliki kepekaan yang berbeda terhadap pitch. Anak yang memiliki kepekaan
cenderung dapat bernyanyi tanpa beban.
Namun, beberapa anak mungkin memerlukan latihan sedikit lebih banyak dengan
memusatkan perhatian pada tingkat pitch dan
perubahannya sebelum mereka mempelajari melodinya secara utuh.
Untuk
membantu anak agar dapat membedakan pitch,
dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut :
a. Membedakan pitch
yang beragam. Anak diminta untuk memukul dua benda yang apabila dipukul akan
menghasilkan perbedaan ketinggian nada yang mencolok, misalnya benda yang
terbuat dari logam, dalam hal ini dapat dipilih alat music triangle yang dibedakan dengan gendang besar. Setelah itu, tanyakan
kepadanya suara mana yang terdengar melengking atau tinggi dan yang tidak melengking
atau rendah.
b. Menirukan model. Anda memintanya untuk menirukan
suara anda. Lalu, serukan panggilan nama temannya dengan nada tinggi, misalnya
“Sonya kemari!” anda meminta anak menirukannya. Selanjutnya, anda memanggil
murid lain dengan sikap marah dengan nada rendah, kemudian mintalah anak
menirukannya. Selanjutnya, latihlah anak dengan menggunakan kalimat-kalimat yang
lebih panjang dengan nada yang tinggi dan rendah.
Bernyanyi
bersahutan. Anak (si Ara) diminta untuk mendengarkan temannya (si Ari) yang
telah mampu bernyanyi dengan benar. Setelah itu, adakan suatu permainan dalam
menyanyikan lagu, yakni temannya (si Ari) diminta terlebih dahulu menyanyikan
satu kalimat melodi, lalu (si Ara) diminta untuk menyanyikan kalimat melodi
yang kedua. Kalimat melodi yang ketiga dinyanyikan oleh Aryo dan kalimat melodi
yang selanjutnya oleh Maryam. Begitu seterusnya dinyanyikan berulang-ulang,
anda dapat membuat variasi lain, misalnya anda menggantikan posisi keduanya, si
Ara diminta memulai menyanyikan, kemudian temannya si Ari. Perbedaan keduanya
harus jelas atau kontras. Variasi lain bisa menyanyikan lagu secara kanon, yaitu
susul-menyusul. Misalnya, pada lagu “Cicak” dinyanyikan oleh empat orang. Lagu
tersebut secara utuh dinyanyikan oleh keempat anak tersebut, tetapi tidak
bersamaan mulainya, melainkan susul-menyusul. Ketika A menyanyikan melodi
kedua, diam-diam merayap dan seterusnya, si
B mulai dengan teks / melodi awal cicak-cicak
di dinding. Lalu, C mulai bernyanyi ketika A mulai bernyanyi pada melodi
ketiga dan B mulai bernyanyi pada melodi kedua. Demikian juga bagi D, dia mulai
bernyanyi ketika A mulai bernyanyi pada melodi keempat, B pada melodi ketiga,
dan C pada melodi keempat. Lalu, mulai dinyanyikannya bisa pada melodi sebagai
berikut.
A : cicak
cicak di dinding, diam diam dan seterusnya
B : ……….. cicak-cicak
di dinding, diam dan seterusnya
C : ………….. cicak-cicak
di dinding dan seterusnya
D : ........................
cicak-cicak di dinding dan seterusnya
2.
Alat Musik Pendukung
Dalam proses pembelajaran, guru sangat dianjurkan
untuk memanfaatkan alat music yang ada sebagai pendukung kegiatan tersebut.
Pemanfaatan alat tersebut bisa berupa permainan mendengarkan bunyi dari alat
tersebut atau permainan mengiringi lagu. Misalnya, anak diminta untuk
mendengarkan permainan melodi lagu yang anda mainkan secara utuh dengan alat
musik yang anda sukai. Anak diminta mendengarkan anda memainkan melodi lagu
secara utuh dengan alat musik yang anda kuasai. Setelah itu, anda ulangi sekali
lagi, kemudian mintalah anak menyanyikan teks lagu dengan suara lembut.
Nyanyikan bagian demi bagian. Apabila anak telah dapat menyanyikannya dengan
benar. Anda dapat meminta mereka menyanyikan melodi dengan nada yang tepat.
Anda tidak usah cemas. Hal demikian biasa terjadi karena memerlukan waktu untuk
adaptasi dan menemukan cara mencapai ketepatan nada. Oleh karena itu, diperlukan
bunyi alat music melodis yang seharusnya bisa menghasilkan ketinggian nada yang
tepat sehingga bisa ditirukan dengan baik.
Selain
anak mengalami pembelajaran formal, perdengarkan dan perlihatkan contoh orang
bernyanyi dengan tepat dan denganmateri yang indah. Misalnya, hal tersebut
dilakukan ketika ada pagelaran music yang lebih banyak menyajikan materi
lagu/bernyanyi. Anak-anak diajak nonton pagelaran tersebut sekaligus
mendengarkan alunan suara indah dari para penyanyi. Lakukanlah dengan rutin
setiap ada kesempatan yang baik.
3.
Wilayah Suara
Wilayah
suara anak TK perlu diperhatikan, berkisar antara not c hingga not d’ atau
empat atau lima nada di sekitar not f dan not g.
Warna
suara anak-anak biasanya tipis dan ringan, biasanya seperti suara suling.
Artinya, pilihlah lagu dengan wilayah nadanya sesuai dengan wilayah suara anak.
Hindarkan dari lagu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk dinyanyikan anak. Selain itu, guru
perlu mendorong semangat dan perasaan yang diekspresikan dalam nyanyian mereka.
Kualitas
suara anak tergantung pada factor-faktor, seperti pengalaman musical, struktur,
dan perkembangan fisik anak serta contoh-contoh nyanyian yang pernah didengar
mereka. Dalam proses belajar menyanyi, anak tidak hanya melakukan peniruan apa
yang mereka dengar, tetapi mereka juga mengolaborasi dan mengeksplorasi
kemampuan mekanisme vocal mereka. Perlu diperhatikan bahwa dalam proses
belajar, masing-masing anak mempunyai ketertarikan dan minat yang berbeda. Anak
tidak dapat dipaksa untuk tertarik atau berminat dalam kegiatan bernyanyi pada
waktu tertentu. Untuk mengatasi hal ini, anda dapat menggunakan teknik-teknik
yang menarik perhatian anak sehingga bisa merangsang dan memotivasi anak agar
tertarik ikut bernyanyi. Misalnya, guru memperdengarkan lagu-lagu yang saat ini
sedang digandrungi atau disenangi oleh anak-anak. Menurut pengalaman, biasanya
kalau anak sudah menyenangi sesuatu hal, kita akan mendapatkan kemudahan untuk
mempengaruhi mereka. Sekalipun hal tersebut dianggap kurang cocok bagi jiwa
perkembangan anak, jika itu dijadikan salah satu model untuk merangsang minat
mereka di bawah bimbingan guru, hal tersebut tidak akan jadi masalah selama
guru memantau dan membimbing mereka.
4.
Memilih Lagu
Lagu anak-anak tentunya berbeda dengan lagu orang
dewasa. Mereka memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Memiliki keutuhan dan kelengkapan sehingga membuat
lagu tersebut terasa enak dinyanyikan
b. Memiliki pola-pola yang sederhana. Melodi nyanyian
yang menarik dan mudah diingat walaupun tanpa teks dan dalam batas wilayah
suara anak tentunya
c. Wilayah nada melodinya mudah dinyanyikan anak
d. Memiliki pola ritmis yang menarik, tetapi tidak
sulit untuk dinyanyikan dan mengundang respon ritmis anak
e. Isi teks lagu
tidak selalu merupakan nasihat yang ditulis untuk tujuan mendidik, tetapi dapat
saja berisi hal yang jenaka, perkasa dan hal yang menarik dalam dongeng.
Tema-tema yang kontras menambah pengalaman musical dan mengalami berbagai
suasana hati. Anak menyukai hal yang langsung berhubungan dengan dirinya,
seperti lagu “Kucingku” atau “Sepedaku”. Teks yang memiliki tekanan yang serasi
dengan aksen pada ritme dan melodi amat membantu anak bernyanyi dengan baik dan nyaman yang
ditinjau dari aspek bahasa dan music
B.
KELAS BERNYANYI DI KANAK-KANAK
Anak-anak sebenarnya senang bernyanyi, baik secara
berkelompok maupun sendiri/tunggal/solo. Biasanya, anak bernyanyi dalam tiga
situasi kelas di TK. Berkumpul dengan keluarga dan sedang sendiri.
1. Bernyanyi fisik lainnya, seperti berbaris memasuki
kelas, menari, bermain atau berolahraga.
Lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu yang bermelodi sederhana dan berirama
yang kuat sebagai bagian yang mendukung aktivitas lainnya tersebut.
2. Bernyanyi bersama orang tua dan anggota keluarga
lainnya apabila dirasakan lagu itu menarik untuk dinyanyikan bersama.
Umpamanya, saat menonton film music, mendengarkan music bersama, atau karaoke.
Biasanya, bernyanyi bersama ibu, ayah atau pengasuh dilakukan saat menjelang
tidur
3. Kegiatan bernyanyi tunggal disukai anak. Anak yang berani kerap kali memohon kepada gurunya
agar diperbolehkan untuk mempertunjukan kemampuan bernyanyinya di depan kelas.
Dengan memberikan kesempatan kepadanya untuk bernyanyi tunggal, anda akan
menilai kemampuan musikalnya. Anda akan lebih mudah menilai dan menemukan cara
yang tepat unuk membantu meningkatkan kemampuan anak.
Pengelolaan kegiatan bernyanyi perlu memperhatikan waktu
dan durasi kegiatan. Bernyanyi adalah kegiatan yang tampaknya ringan dan mudah.
Namun, sebenarnya diperlukan energy yang cukup besar bagi anak-anak usia
prasekolah. Bernyanyi bersama sebaiknya ditempatkan pada waktu yang tidak
berdampingan dengan kegiatan lain yang memerlukan banyak energy dan tenaga
anak-anak. Kegiatan bernyanyi sebaiknya tidak dilakukan sebelum atau sesudah
kegiatan menggambar. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh anda sebagai guru TK
adalah durasi kegiatan ini. Mengingat tingkat usia dan kemampuan fisik anak,
sebaiknya durasi atau waktu yang diperlukan untuk bernyanyi bersama
memperhatikan factor ini. Durasi yang disarankan adalah 10-15 menit.
Selanjutnya, durasi tersebut dapat diperpanjang sesuai dengan perkembangan
kemampuan fisik dan psikis anak. Selain waktu dan durasi nyanyi bersama, guru
juga perlu memperhatikan hal-hal yang lain, seperti posisi dan teknik
bernyanyi. Alat music dapat menunjang pembelajaran, terutama untuk menuntun
bernyanyi dengan nada yang tepat. Hal yang perlu diperhatikan adalah alat music
tidak menghasilkan nada yang sumbang.
Sering
terjadi anak-anak bernyanyi sambil duduk rapi dibangku masing-masing dengan
tangan dilipat dan guru berdiri di depan kelas. Posisi duduk seperti ini secara
teknis kurang menguntungkan karena posisi duduk dengan tangan dilipat di atas
bangku akan mengakibatkan dada agak tertekuk ke depan karena tertarik oleh
kedua lengan yang ditarik ke depan agar dapat saling bersilang di meja. Posisi
seperti ini tentunya akan mengganggu keleluasaan anak bernapas dan berolah
vocal. Selain itu, posisi seperti ini akan menghambat anak dalam berekspresi.
Anak biasanya mengekspresikan lagu yang dinyanyikan dalam bentuk gerak tubuh
dan mimic muka. Lalu, bagaimana posisi yang baik untuk mereka? Bernyanyi
sebagai bagian dari music adalah sebuah media berkomunikasi, berekspresi dan
bermain. Anda juga dapat mengajak anak bernyanyi sambil berdiri. Posisi berdiri
lebih memberikan anak keleluasaan bergerak dan bernyanyi lebih bebas sehingga
dapat mengekspresikan diri dalam suasana gembira dan ceria. Biasakan anak
mengungkapkannya dengan bernyanyi dan tidak
berteriak yang cenderung
dilakukan anak karena akan dapat mengganggu organ suara untuk perkembangan
selanjutnya.
Mengelompokan
anak dalam kelompok-kelompok kecil adalah cara yang cukup efektif agar
dihasilkan suatu kekompakan suara dalam bernyanyi.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang Depdiknas. (2002). Kurikulum, Hasil Belajar Pendidikan Usia
Dini. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Bayless, Kathleen M. dan Marjorie
E. Ramsey. (1986). Music A Way of Life
for the Young Children. Columbus, Ohio: Charles A. Merrill Pub., A Bell and
Howell Comp.
Bird, Wendy dan E.Bennet. (1988).
Music All the Time. London: J&W.
Chester Music.
Boyle, J.David dan Rudolf
E.Radocy. (1987). Measurment and
Evaluation of Musical Experiences. New York: Schirmer Books.
Christy, van A.
(1975). Foundation in Singing. Lowa:
Wm. C. Brown Company.
Findlay, Elsa. (1971). Rhythm and Movement: Application of Delcroze
Eurrythmics. Evanston, Illinoiss: Summy-Birchard Comp.
Gordon, Edwin E. (1990). A Music Learing Theory for Bew Born Child
and Young Chidren. Chicago: G.I.A Publications Inc.
Hoerman, D. D. Bridges. (1984). A Developmental Music Program. Victoria.
Musical, Grace
C. (1973). Today with Music. USA: Alfred
Pub. Comp.
Pekerti, Widia. (1973). “Pengaruh
Pembelajaran Terpadu Matematika dan Musik terhadap Hasil Belajar Matematika
pada Murid Kelas 1 SD. Tesis Program Pascasarjana IKIP Jakarta.
Pekerti, Widia, et al. (1999). PPendidikan Seni Musik
Tari/Drama. Jakarta: Universitas Terbuka.
Phillips, Kenneth H. (1996). Teaching the Kids Singing. Belmont:
Thompson, Schimer.
0 comments: