Welcome Guys

Pages

Send Quick Massage

Name

Email *

Message *

Saturday, October 27, 2018

MANAJEMEN PERANCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

by endar  |  in ARTIKEL at  October 27, 2018


MANAJEMEN PERANCANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Perencanaan Sebagai Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan sebuah metode yang diterapkan dalam praktek keperawatan. Ia juga merupakan sebuah konsep dengan  pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal untuk memenuhi kebutuhan klien/keluarganya.
Proses keperawatan pertama kali dijelaskan oleh Hall pada tahun 1955. Selanjutnya proses keperawatan ini mengalami perkembangan sebagai berikut:
TAHUN
TOKOH
PERKEMBANGAN
1967
Yura & Walsh
Penjabaran proses keperawatan menjadi 4 proses, yaitu: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
1973
Publikasi proses keperawata semakin meningkat
ANA
Menggunakan proses keperawatan sebagai pedoman dalam pengembangan standar praktek keperawatan.
1974
Bloch
Memberi tambahan proses keperawatan menjadi 5 tahapan yaitu: pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
1975
Roy
1976
Aspinal








Seiring berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai dasar hukum praktek keperawatan dan telah digunakan sebagai kerangka konsep kurikulum keperawatan. Bahkan saat ini definisi dan tahapan keperawatan telah digunakan sebagai dasar pengembangan praktek keperawatan, sebagai kriteria dalam program sertifikasi, dan standar aspek legal praktek keperawatan. 
Proses keperawatan dapat didefenisikan berdasarkan tiga dimensi yaitu: tujuan, organisasi, dan property/karaktersitik.
1.              Tujuan
Tujuan proses keperawatan secara umum  adalah membangun kerangka konsep untuk memenuhi kebutuhan individu klien, keluarga, dan masyarakat.
Sedangkan menurut Yura dan walsh (1983), proses keperawatan merupakan suatu tahapan desain tindakan yang digunakan untuk memenuhi tujuan keperawatan, antara lain:
·                 Mempertahankan kondisi kesehatan optimal pasien
·                 Melakukan tindakan  untuk mengembalikan kondisi pasien menjadi normal kembali
·                 Memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal berdasarkan kondisi pasien sehingga ia bisa mencapai derajat kehidupan yang baik
2.              Organisasi
Berdasarkan dimensi organisasi, proses keperawatan dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kelima tahapan ini merupakan proses terorganisir yang mengatur pelaksanaan asuhan keperawatan berdasarkan rangkaian pengelolaan  klien secara sistematik
3.              Karekteristik
Terdapat 6 karakteristik dari proses keperawatan itu, antara lain:  (1) tujuan, (2) sistematik; (3) dinamik; (4) interaktif; (5) Fleksibel; dan (6) Teoritis. Penjabaran dari karakteristik tersebut dapat dilihat, berikut ini:
1)      Tujuan : memiliki tujuan jelas yaitu untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien
2)      Sistematik: menggunakan pendekatan yang terorganisir dalam mencapai tujuan. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta menghindari terjadinya kesalahan
3)      Dinamik: proses keperawatan dilakukan secara berkesinambungan. Serta ditujukan untuk  mengatasi perubahan respon klien yang diidentikan melalui hubungan antara perawat dengan klien
4)      Interaktif: proses keperawatan memiliki dasar hubungan yaitu hubungan timbal balik antara perawat, klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain.
5)      Fleksibel: fleksibilitas proses keperawatan ini dapat dilihat dalam dua konteks, yaitu:
a.     Dapat diadopsi dalam praktek keperawatan dalam situasi apapun, baik dalam kaitannya dengan individu, keluarga, atau masyarakat
b.      Tahapannya dapat dilakukan berurutan sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak.
6)      Teoritis : setiap langkah dalam keperawatan selalu berdasarkan pada konsep ilmu keperawatan.
Berdasarka karakter teoritis ini, maka asuhan keperawatan pada klien hendaknya menekankan pada tiga aspek penting, antara lain
a.              Humanistic : memandang dan memperlakukan klien sebagai manusia
b.              Holistic : intervensi keperawatan harus memenuhi kebutuhan dasar manusia secara utuh, yakni bio-psiko-sosio-spiritual.
c.              Care: asuhan keperawatan yang diberikan hendaknya berlandaskan pada standar praktek keperawatan dank ode etik keperawatan.

B.     Perencanaan dalam manajmen keperawatan
-          Perumusan visi, misi dan motto institusi keperawatan
VISI
"Menjadi program studi Ners terkemuka dan bermartabat dalam bidang keperawatan profesional berbasis riset dengan kemitraan masyarakat pada tingkat nasional dan internasional tahun 2022"
MISI
1)      Melaksanakan pendidikan Ners profesional yang unggul, terkemuka dan bermartabat dengan kemitraan masyarakat.
2)      Melaksanakan penelitian keperawatan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi yang berfokus pada upaya pemberdayaan masyarakat.
3)      Berperan serta dalam penerapan ilmu keperawatan melalui pengabdian kepada masyarakat dengan kerjasama dalam dan luar negeri.
4)      Berperan serta dalam pengembangan ilmu keperawatan melalui menjalin kerjasama dengan institusi lain meliputi asosiasi profesi, asosiasi pendidikan, institusi pendidikan lain didalam dan diluar negeri dan pemerintah.
TUJUAN
1.      Meningkatkan mutu lulusan Ners yang berkarakter dan bermartabat, berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan sesuai profil perawat nasional Indonesia.
2.      Meningkatkan dukungan untuk mahasiswa dalam rangka pemerataan dan perluasan akses pendidikan
3.      Meningkatkan mutu penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang bermitra dengan masyarakat
4.      Meningkatkan mutu dan jumlah kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
5.      Meningkatkan mutu tata kelola yang baik di layanan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta kerjasama.
6.      Meningkatkan jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai lembaga pemerintah/swasta di dalam dan luar negeri.
MOTO
“CARE”
C : Costumer Satisfaction = Mengutamakan Kepuasan Pelanggan
A : Attention : Penuh perhatian
R : Responsif : Tanggap terhadap setiap masalah pasien
E : Empaty : Turut merasakan apa yang dirasakan pasien.
-          Jenis perencanaan dalam manajmen keperawatan
Perencaan merupakan fungsi organik manajemen yang merupakan dasar atau titik tolak dan kegiatan pelaksaan kegiatan tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Perencanaan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain lingicungan (external change), keputusan , organisasi yang dapat berbentuk pensiun, pemutusan hubungan kerja (PHK), dan kematian. Perencaan ketenagaan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan ketelitian dalam menerapkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi
Jenis – Jenis Perencanaan Keperawatan
1.      Berdasarkan luasnya
1.      Strategic; rencana yang berlaku bagi organisasi secara keseluruhan, menjadi sasaran umum organisasi tersebut, dan berusaha menetapkan organisasi tersebut kedalam lingkungannya
2.      Operasional; rencana yang memerinci detail cara mencapai sasaran menyeluruh
2.      Berdasarkan karangka waktu
1.      Jangka panjang
2.      Jangka pendek
3.      Berdasarkan kehususan
1.      Pengarahan; rencana yang fleksibel dan yang menjadi pedoman umum
2.      Pemerinci;  rencana yang mendefenisikan dengan jelas dan tidak memberuang untuk penafsiran
4.      Berdasarkan frekuensi
1.      Sekali pakai; rencana yang digunakan satu kali saja yang yang secara kusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan situasi yang unik
2.      Terus menerus; rencana yang berkesinambungan yang menjadi pedoman bagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang
-          Perencanaan Sumber daya Manusia Keperawatan
Untuk meningkatkan pelayanan keperawatan yang berkualitas perlu didukung oleh beberapa faktor baik fasilitas maupun sumber daya manusia secara kualitas maupun kuantitas yang tersedia di unit pelayanan rumah sakit. Salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu di unit pelayanan rumah sakit adalah dengan mengembangkan kemampuan individu dan perencanaan tenaga keperawatan’ yang sesuai dengan tujuan organisasi. Perencanaan ketenagaan harus sesuai kebutuhan dan tujuan pelayanan keperawatan yaitu pelayanan keperawatan yang optimal dan efektif.
Perencanaan ketenagaan merupakan proses yang komplek, perlu ketelitian dalam menerapkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dalam pencapaian tujuan. Kualitas dan kuantitas tenaga perlu ditata dalam melaksanakan kegiatan melalui penjadualan yang sistimatis dan terencana dengan baik sehingga kegiatan yang dilakukan dapat berhasil guna dan berdaya guna.
Perencanaan tenaga ( staffing ) merupakan salah satu fungsi yang penting dalam organisasi, termasuk organisasi keperawatan. Keberhasilan organisasi juga ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang ada.
Perencanaan SDM adalah proses mengantisipasi dan membuat ketentuan (persyaratan) untuk mengatur arus gerakan tenaga kerja ke dalam, di dalam, dan ke luar organisasi, Arthur W Sherman dan Goerge W Bohlander, dalam Hadari Nawawi, 1997:137.
Sementara menurut G Steiner, dikatakan bahwa perencanaan SDM merupakan perencanaan yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan, melalui strategi pengembangan kontribusi pekerjanya di masa depan.
Dari ke dua definisi yang disebut di atas, sementara dapat disimpulkan bahwa perencanaan SDM merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya merencanakan dalam mengantisipasi masa depan.
Perencanaan SDM sebagai suatu kegiatan merupakan proses bagaimana memenuhi kebutuhan tenaga kerja saat ini dan masa datang bagi sebuah organisasi. Dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja saat ini, maka proses perencanaan SDM berarti usaha untuk mengisi/menutup kekurangan tenaga kerja baik secara kuantitas maupun kualitas. Sedangkan dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja di masa datang, perencanaan SDM lebih menekankan adanya usaha peramalan (forecasting) mengenai ketersediaan tenaga kerja yang didasarkan pada kebutuhan sesuai dengan rencana bisnis di masa datang. Dengan kata lain, tujuan perencanaan SDM adalah untuk mempergunakan SDM seefektif mungkin agar memiliki sejumlah pekerja yang memenuhi persyaratan/kualifikasi dalam mengisi posisi yang kosong kapanpun dan apapun posisi tersebut. Dengan tersedianya informasi tentang kebutuhan dan kualifikasi yang diinginkan, maka dalam pelakasanaan rekrutmen, seleksi, penempatan, pemeliharaan, pengembangan, dan pemberian kesejahteraan karyawan akan lebih mudah dan terkendali.
Sedangkan menurut Safarudin Alwi, 2001:143, dikatakan bahwa perencanaan SDM adalah perencanaan yang disusun pada tingkat operasional yang diajukan untuk memenuhi permintaan SDM dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Perencanaan SDM pada dasarnya dibutuhkan ketika perencanaan bisnis sebagai implementasi visi dan misi perusahaan telah ditetapkan. Visi perusahaan sebagai pemandu arah sebuah bisnis kemana akan menuju dan dengan strategi apa bisnis tersebut akan dijalankan. Berawal dari strategi bisnis tersebut kemudian strategi perencanaan SDM apa yang akan dipilih. Strategi SDM yang dipilih dan ditetapkan sangat menentukan kebutuhan SDM seperti apa yang akan diinginkan, baik secara kuantitas maupun kualitas.
 Sementara perencanaan SDM menurut Graham dan Benet dalam Safarudin Alwi, 2001:148, dikatakan bahwa perencanaan SDM sebagai upaya memproyeksikan berapa banyak 6 karyawan dan macam apa yang dibutuhkan organisasi dimasa yang akan datang.
Sebenarnya masih banyak lagi definisi tentang perencanaan SDM yang bisa diangkat, namun dari beberapa definisi yang disebut di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa perencanaan SDM merupakan proses menentukan kebutuhan SDM, secara kuantitatif dan kualitatif untuk mencapai tujuan strategik organisasi melalui fungsi-fungsi MSDM dalam jangka pendek maupun jangka panjang secara efektif dan efisien.
Proses Perencanaan SDM
Proses perencanaan SDM untuk masa kini dan masa datang sangat dipengaruhi oleh dua faktor penentu, yakni faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan seperti adanya karyawan yang memasuki batas usia pensiun, meninggal dunia, keluar/berhenti kerja, rotasi, dan kemungkinan promosi jabatan. Sedangkan faktor eksternal antara lain ketatnya persaingan bisnis, cepatnya perkembangan teknologi, dan tingkat ketertgantungan (interdependent) antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, serta ketergantungan antara satu Negara dengan Negara lain. Begitu rentannya organisasi/perusahaan yang hidup dan tumbuh di tengah-tengah perubahan yang cepat, sehingga perencanaan SDM mutlak dibutuhkan selaras mengikuti rencana strategi bisnis yang akan diwujudkan.
Rangkaian pelaksanaan perencanaan SDM yang terintegrasi dengan rencana strategi bisnis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang menurut Hadari Nawawi, 1997:144 adalah sebagai berikut:
1.         Dalam proses perencanaan strategi bisnis, beberapa organisasi/perusahaan akan melakukan: a) Menyusun rencana strategi bisnis dengan perspektif jangka panjang (5-10 tahun) atau lebih di masa mendatang. b) Menyusun rencana operasional bisnis yang dijabarkan dalam rencana strategi dengan perspektif jangka sedang (3-5 tahun) di masa mendatang. c) Menyusun rencana tindakan berupa anggaran dengan perspektif tahunan yang menggambarkan kegiatan bisnis yang akan dilaksanakan selama satu tahun (tahunan) dengan menyediakan anggaran tertentu untuk dapat diwujudkan.
2.         Dalam kegiatan perencanaan SDM
a)     Pada tahap awal perencanaan SDM mengidentifikasi isu-isu berdasarkan komponenkomponen di dalam rencana strategi bisnis jangka panjang. Beberapa komponen yang bisa dijadikan isu perencanaan SDM antara lain (1) filsafat perusahaan, (2) laporan hasil 7 penelitian tentang hal-hal seputar lingkungan bisnis, (3) tujuan-tujuan dan sasaran strategis yang akan dicapai, dan (4) hasil analisis SWOT perusahaan
b)     Pada tahap selanjutnya hasil analisis isu digunakan sebagai masukan dari perencanaan operasional jangka menengah ke dalam tahap kegiatan perkiraan kebutuhan SDM dalam proses perencanaan SDM.
c)     Hasil perkiraan kebutuhan SDM tersebut dijadikan masukan secara integral dalam penyusunan anggaran tahunan ke dalam langkah perencanaan SDM. Secara skematis, pengaruh dari ketiga tingkatan perencanaan bisnis terhadap perencanaan
 










-          Tujuan perencanaan SDM Keperawatan
Tujuan perencanaan SDM menurut Hasibuan (2008) adalah untuk:
-          Menentukan kualitas dan kuantitas karywan yang akan mengisi semua
jabatan dalam perusahaan
-          Menjamin tersedianya tenaga kerja masa kini maupun masa depan,
sehingga setiap pekerjaan ada yang mengerjakannya.
-          Menghindari terjadinya mismanajemen dan tumpang tindih dalam
pelaksanaan tugas.
-          Mempermudah koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS) sehingga
produktivitas kerja meningkat.
-          Menghindari kekurangan dan atau kelebihan karyawan
-          Pedoman dalam pengembangan, menetapkan kompensasi, program penarikan, pengintegrasian, seleksi, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan
-          Pedoman dalam melaksanakan mutasi dan pensiun karyawan Penilaian karyawan.
-          Perhitungan SDM Keperawatan
Tenaga perawat merupakan tulang punggung bagi rumah Sakit. Oleh sebab itu perlu disusun metode perencanaan tenaga perawat yang cocok terhadap kebutuhan rumah sakit dan kebutuhan pelanggan.
CARA RASIO
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Permenkes 262 / Menkes / per / VII / 1979. menyebutkan bahwa kebutuhan tenaga perawat di rumah sakit adalah perbandingan jumlah tempat tidur dibandingkan dengan jumlah perawat sebagai berikut :
Tipe RS
TM/TT
TPP/TT
TPNP/TT
TNM/TT
A & B
1/(4-7)
(3-4)/2
1/3
1/1
C
1/9
1/1
1/5
3/4
D
1/15
½
1/6
2/3
Khusus
Disesuaikan

Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis
Secara umum penetapan jumlah tenaga keperawatan dijabarkan sebagai berikut :
1.      Berdasarkan Derajat Ketergantungan Klien dengan menggunakan Rumus Douglas (1984). Menurut Douglas (1994) Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 katagori. yaitu : 1) Minimal care memerlukan waktu 12 jam / 24 jam. 2)Partial care memerlukan waktu 34 jam/24 jam. 3) Total care memerlukan waktu lebih dari 5 jam
Sebagai contoh, suatu ruang rawat dengan 22 klien (3 klien dengan klasifikasi minimal, 14 klien dengan klasifikasi parsial dan 5 klien dengan perawatan total) maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga pagi ialah:
Jumlah
Klien
KLASIFIKASI PASIEN
Minimal
Parsial
Total
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
1
0,17
0,14
0,07
0,27
0,15
0,10
0,36
0,30
0,20
2
0,34
0,28
0,14
0,54
0,30
0,20
0,72
0,60
0,40
3
0,51
0,42
0,21
0,81
0,45
0,30
0,108
0,90
0,60
Dst
3 x 0,17           = 0,51
14 x 0.27         = 3,78
5 x 0,36           = 1,90
Jumlah                6,09 -> 6 orang
2. Berdasarkan Pedoman Cara Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan (Direktorat Pelayanan Keperawatan, Depkes 2002)
Untuk menentukan kebutuhan tenaga keperawatan di ruangan dapat diperhitungkan dan di pertimbangkan berdasarkan
Menetapkan jumlah tenaga perawat sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.
Menurut Johnson ( 1984 ) yang dikutip oleh Gillies,1989 bahwa klasifikasi pasien dibagi menjadi lima :
a.       Tingkat ketergantungan I ( self care ), dengan kondisi pasien sbb :
Makan sendiri atau dengan bantuan minimal, kebersihan diri hampir seluruhnya dilakukan sendiri, eliminasi dilakukan di kamar mandi tanpa bantuan , tidak mengalami inkontinentia.
b.      Tingkat ketergantungan II ( minimal care ), dengan kondisi pasien sbb :
Makan perlu bantuan dalam menyiapkan, mengatur posisi dapat makan sendiri, kebersihan diri dapat dapat melakukan sendiri atau dengan bantuan minimal, eliminasi perlu bantuan, dapat mobilisasi sendiri atau engan bantuan minimal, tidak mengalami inkontinentia.
c.       Tingkat ketergantungan III ( moderate care ), dengan kondisi pasien sbb :
Pasien tidak dapat mengunyah dan menelan, tidak mampu melaksanakan kebersihan diri sendiri, eliminasi perlu bantuan bedpan, kurang mampu mobilisasi sendiri. Inkontinentia .2 kali setiap shift perlu bantuan untuk kenyamanan.
d.       Tingkat ketergantungan IV ( extensif care ), dengan kondisi pasien sbb :
Pasien tidak dapat makan sendiri, kesulitan untuk mengunyah dan menelan, kemungkinan dipasang slang. Kebersihan diri perlu bantuan secara total, eliminasi mengalami inkontinentia 2 kali tiap shift, tidak mampu mengatur posisi sendiri perlu bantuan 2 orang untuk mengatur posisi.
e.       Tingkat ketergantungan V ( intensif care ), dengan kondisi pasien sbb :
Diperlukan satu orang perawat untuk satu pasien dalam melakukan observasi atau monitoring secara terus meneruis tiap shift.
Menurut Ann Mariner ( 1992 ), sesuai klasifikasi pasien tersebut diatas, rata rata kebutuhan perawatan untuk self care adalah 1-2 jam /hari, minimal care 3-4 jam/hari, moderate care 5-6 jam/hari, extensif care 7-8 jam/hari, dan intensif care 10-14 jam/hari.
Ditinjau dari keperawatan langsung dan keperawatan tidak langsung. (perhitungan gillies)
Perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
a.       Waktu untuk keperawatan langsung. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk keperawatan langsung pada pasien yang didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien adalah 4-5 jam per pasien. ( Gillies 1989 ).
b.      Waktu untuk keperawatan tidak langsung, Selain dibutuhkan waktu keperawatan langsung juga dibutuhkan waktu keperawatan    tidak langsung. Keperawatan tidak langsung mencakup kegiatan perencanaan, menyediakan persiapan peralatan, berbicara debngan anggota tim kesehatan lain, menulis dan membaca dokumentasi pasien, melaporkan pada atasan maupun pada tim kesehatan lain. Pada umumnya kebutuhan perawatan tidak langsung relatip sama meski tingkat ketergaantungan dan penyakitnya berbeda. Dari hasil penelitian di R.S. Detroit ( Gillies,1989 ) rata-rata waktu keperawatan tidak langsung adalah 38 menit / pasien per hari, sedang menurut Wolf    ( 1965 ) adalah 60 menit/pasien per hari.
c.       Waktu untuk penyuluhan kesehatan.
Waktu untuk memberikan pendidikan kesehatan merupakan aspek yang juga perlu diperhitungkan dalam menentukan kebutuhan tenaga. Penyuluhan bersifat individu sesuai diagnose, pengobatab dan keadaan pasien masing-masing.Waktu untuk pendidikan kesehatan adalah 15 menit/pasien/hari termasuk dukungan emosional ( Gillies, 1 989 )
Maka untuk menghitung waktu yang dibutuhkan untuk perawatan pasien adalah = waktu perawatan langsung + waktu perawatan tidak langsung + waktu untuk penyuluhan kesehatan.
Kebutuhan tenaga dihitung berdasarkan beban kerja perawat.
Hal hal yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan beban kerja perawat :
a.       Jumlah pasien yang di rawat per hari, bulan, tahun.
b.      Tingkat ketergantungan pasien.
c.       Rata-rata hari perawatan pasien.
d.      Pengukuran perawatan Iangsung, tidak langsung. dan penyuluhan kesehatan.
e.       Frekuensi tindakan keperawatan yang dibituhkan pasien.
f.       Rata-rata waktu untuk setiap tindakan.
 Berdasarkan pembagian ruangan di rumah sakit
1. Rawat Inap
-  Berdasarkan Klasifikasi Klien
Cara perhitungan berdasarkan :
·         Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
·         Rata-rata pasien perhari
·         Jam perawatan yg diperlukan/hari/pasien
·         Jam perawatan yg diperlukan/ruangan/hari
·         Jam kerja efektif setiap perawatàn-> 7 jam/hari
Contoh : Cara perhitungan dalam satu ruangan :
No
Jenis/kategori
Rata-rata pasien/hari
Rata-rata jam pwt/pasien/hari
Jml jam perawat/hari
1.
Pasienpeny.dalam
10
3,5
35
2.
Pasien bedah
8
4
32
3.
Pasien gawat
1
10
10
4.
Pasien anak
3
4,5
13,5
5.
Pasien kebid.
1
2,5
2,5
Jumlah
23
93,0
Ket. :
Jadi jlm tenaga kep. Yg diperlukan adalah
Jlm jam perawatan
————————-      = 93/7 à 13 perawat
Jam kerja efektif per shift
Untuk  perhitungan jlm tenaga tsb perlu ditambah (faktor koreksi):
Hari libur/cuti/hari besar (loss day) :
52 + 12 + 14 = 78 hari x 13 = 3.5
286
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non kep. (non-nursing jobs) seperti contoh : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien, dll diperkirakan 25% dari jam  pelayanan keperawatan
Jlm tenaga : tenaga yg tersedia + faktor koreksi  16.5 + 4.1 = 20.6 (dibulatkan 21 perawat)
Jadi tenaga kep. yg dibutuhkan untuk contoh di atas adalah 21 orang.
Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien
Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yg didasarkan pada kebutuhan terhadap asuhan keperawatan, meliputi  :
·        Askep minimal (minimal care)
·        Askep sedang
·        Askep agak berat
·        Askep maksimal
Kategori asuhan keperawatan pasien :
·        Askep minimal, kriteria :
1.     Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2.     Makan dan minum dilakukan sendiri
3.     Ambulasi dg pengawasan
4.     Observasi ttv dilakukan setiap shift
5.     Pengobatan minimal, status psikologis stabil
·        Askep sedang, kriteria :
1.     Kebersihan diri dibantu. Makan minum dibantu
2.     Observasi ttv setiap 4 jam
3.     Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
·        Askep agak berat, kriteria :
1.     Sebagian besar aktifitas dibantu
2.     Observasi ttv setiap 2-4 jam sekali
3.     Terpasang folley catheter. Intake output dicatat
4.     Terpasang infus
5.     Pengobatan lebih dari sekali
6.     Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
·        Askep maksimal, kriteria :
1.     Segala akifitas diberikan oleh perawat
2.     Posisi diatur. Observasi ttv setiap 2 jam
3.     Makan memerlukan NGT. Terapi intravena
4.     Penggunaan suction
5.     Gelisah/disorientasi
Contoh kasus :
No
Kategori
Rata-rata jml pasien/hari (risetLN)
Jml jam prwt/hari
Jml jam prwat/hari
(c x d)
a
1.
2.
3.
4.
Jumlah
b
Askep minimal
Askep sedang
Askep agak berat
Askep minimal
C
7
7
11
1
26
d
2
3.08
4.15
6.16
e
14
21.56
45.65
6.16
87.37
Untuk perhitungan jlm tenaga tsb perlu ditambah (faktor koreksi) dengan :
Hari libur/cuti/hari besar (loss day)
52 + 12 + 14 = 78 hari x 12.5 = 3.4 orang
                                                      286
Tenaga kep. yg mengerjakan pekerjaan non kep. (non-nursing jobs) seperti contohnya : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat2 makan pasien, dll diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan
12.5 + 3.4 x 25 = 3.9
100
Jlm tenaga : tenaga yg tersedia + faktor koreksi 15.9 + 3.9 = 19.8 (dibulatkan 20 perawat)
Jadi tenaga kep. Yg dibutuhkan dalam contoh kasus di atas adalah sebanyak 20 orang.
2. Kamar Operasi
2.1 Di kamar Operasi
Dasar perhitungan tenaga di kamar operasi
1. Jumlah dan jenis operasi
2. Jumlah kamar operasi
3. Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari) pada hari kerja
4. Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2 orang /tim)
5. Ketergantungan pasien :
- Operasi besar : 5 jam/1 operasi
- Operasi sedang : 2 jam/1 operasi
- Operasi kecil : 1 jam/ 1 operasi
Contoh kasus :
Dalam suatu RS terdapat 30 operasi perhari, dengan perincian :
- Operasi besar     :   6 orang
- Operasi sedang  : 15 orang
- Operasi kecil      :    9 orang
Perhitungan kebuth. Tenaga kep. Sbb:
[(6×5 jam) + (15×2 jam) +(9×1 jam)] x 2 = 19.71 +1 (pwt cadangan inti)
7 jam
Jadi jlm tenaga kep. Yg dibutuhkan di kamar operasi untuk contoh kasus di atas 20 orang.
2.2. Di ruang penerimaan dan RR
Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15 menit
ketergantungan pasien di RR : 1 jam
1.25 x 30 = 5.3 orang (dibulatkan 5 orang)
7 Jadi jlm tenaga kep. Yang dibutuhkan di ruangan penerimaan dan RR adalah 5 orang
Perhitungan di atas dg kondisi : alat tenun dan set operasi dipersiapkan oleh CSSD.
3. Gawat Darurat
Dasar perhitungan di unit gawat darurat adalah:
a. Rata-rata jlm pasien per hari
b. jumlah jam perawatan per hari
c. Jam efektif perawat/hari
Contoh ;
Rata-rata jlm pasien/hari = 50
Jlm jam perawatan = 4 jam
Jam efektif/hari = 7 jam
Jadi kebuth. Tenaga perawat di IGD :
50 x 4                                                      78
——– = 35.7 = 29 orang + loss day ( —- x 29) =7,9 ~ 8
7                                                        286
= 29 orang + 8 orang = 37 orang
4. Critical Care
Rata-rata jlm pasien/hari = 10
Jml jam perawatan/hari = 12
Jadi kebutuhan tenaga kep. di Critical care :
10 x 12                                                  78
——— =17.15 = 17 orang + loss day (—- x 17 = 4,63 ~ 5 orang
7                                                       286
= 17orang + 5 Orang = 22 orang
5. Rawat Jalan
Rata-rata jumlah pasien 1 hari = 100
Jml jam pwt 1 hari = 15
Jadi kebutuhan tenaga kep. di rawat jalan :
100 x 15                                            15
———— = 4 orang + koreksi 15% = —- x 4 = 0,6 ~ 1
7 x 60                                              100
= 4 orang + 1 orang = 5 orang
6. Kamar Bersalin
a. Waktu yg diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s/d IV = 4 jam/pasien
b. Jam efektif kerja bidan 7 jam/hari
c. Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 pasien
Contoh : jumlah bidan yg diperlukan
10 ps x 4 jam/ps     40
——————— = —– = 5.7 = + 6 orang + loss day78/286 x 6 = 2
7 jam/hari          7
= 6 orang + 2 orang = 8 orang 

Tahapan Perencanaan Asuhan Keperawatan
Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi: penetapan prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, menentukan intervensi keperawatan yang tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan. Setelah diagnosa keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk segera menetapkan prioritas diagnosa keperawatan dan intervensi yang penting sesuai dengan kebutuhan klien (Potter & Perry, 1997).
Penetapan prioritas bertujuan untuk mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan yang sesuai dengan berbagai masalah klien (Carpenito, 1997). Penetapan prioritas dilakukan karena tidak semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Salah satu metode dalam menetapkan prioritas dengan mempergunakan hirarki kebutuhan menurut Maslow. Prioritas dapat diklasifikasi menjadi tiga tingkatan, antara lain high priority, intermediate priority, dan low priority. Dalam menetapkan prioritas perawat juga harus memperhatikan nilai dan kepercayaan klien terhadap kesehatan, prioritas klien, sumber yang tersedia untuk klien dan perawat, pentingnya masalah kesehatan yang dihadapi, dan rencana pengobatan medis.
Diagnosa keperawatan klien dan penetapan prioritas membantu dalam menentukan tujuan keperawatan. Tujuan adalah petunjuk untuk menyeleksi intervensi keperawatan dan kriteria hasil dalam mengevaluasi intervensi yang telah diberikan (McCloskey & Bulechek, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Evaluasi kritis perawat dalam menetapkan tujuan dan ukuran hasil yang diharapkan ditekankan pada diagnosa, masalah yang mendesak, dan sumber-sumber klien serta sistem pelayanan keperawatan (Bandman & Bandman, 1995, dalam Potter & Perry, 1997).

Langkah Perencanaan Asuhan Keperawatan
Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi: penetapan prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, menentukan intervensi keperawatan yang tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan. Setelah diagnosa keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk segera menetapkan prioritas diagnosa keperawatan dan intervensi yang penting sesuai dengan kebutuhan klien (Potter & Perry, 1997).

DAFTAR PUSTAKA
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PERENCANAAN%20SDM_0.pdf

https://rurymaulidiasari.wordpress.com/2012/12/10/konsep-perencanaan-dalam-manajemen-keperawatan/

0 comments:

Proudly Powered by Blogger.